Untuk melacak identitas Bjoirka, kata dia, tidak bisa menggunakan cara profiling.
"Butuh kerja sama dengan negara lain yang bisa profiling," jelasnya.
Sebagai gambaran, Bjorka pertama kali menjadi perhatian publik dan pemerintah Indonesia pada 1 September 2022 setelah menjual data registrasi SIM card yang ia klaim berjumlah 1,3 miliar dan berasal dari hasil meretas data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Kominfo pun menampik tudingan tersebut dan menyebut klaim Bjorka sebagai kebohongan atau hoaks. Sebab, Kominfo tidak memiliki aplikasi untuk menampung data registrasi prabayar dan pascabayar.
Baca Juga: Dituding Sumber Kebocoran Miliaran Data Registrasi SIM Card, Kominfo Membantah
Beberapa hari kemudian, pada 6 September 2022, Bjorka kembali menjual data yang ia klaim berasal dari Komisi Pemilihan Umum. Data yang dibocorkan mulai dari nama lengkap, nomor induk kependudukan (NIK), nomor kartu keluarga (KK), alamat lengkap, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin, bahkan keterangan soal disabilitas.
Lalu, Bjorka kembali muncul dan menjual data yang ia klaim sebagai transaksi surat dan dokumen rahasia Presiden Republik Indonesia pada Sabtu (10/9/2022).
Menanggapi hal tersebut, Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menegaskan tidak ada surat dan dokumen untuk Presiden Jokowi yang bocor di internet.
“Nanti pihak Sekretariat Negara akan menyampaikan. Tidak ada isi surat-surat yang bocor,” kata Heru, Sabtu (10/9/2022) dilansir dari Antara.
Baca Juga: Sebut Klaim Bjorka soal Surat Presiden Bocor sebagai Informasi Bohong, Kasetpres: Melanggar UU ITE
Bjorka kembali berulah dengan membobol data para pejabat negara di antaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Ketua DPR RI Puan Maharani hari ini, Minggu (11/9/2022).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.