Kompas TV saintek sains

Apa Beda La Nina dan El Nino? Ternyata Bukan Badai Tropis atau Badai Topan lho, Ini Kata BMKG

Kompas.tv - 2 Agustus 2024, 20:05 WIB
apa-beda-la-nina-dan-el-nino-ternyata-bukan-badai-tropis-atau-badai-topan-lho-ini-kata-bmkg
Fenomena La Nina. (Sumber: BMKG)
Penulis : Ade Indra Kusuma | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan, bahwa fenomena La Nina yang diprediksi terjadi pada Agustus 2024 ini bukanlah badai tropis.

Masyarakat memang diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko dampak termonitornya fenomena La Nina. Namun, menurut Dwikorita, masyarakat juga jangan salah persepsi mengira La Nina sebagai badai tropis ataupun badai topan besar yang akan datang.

"Kami mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi curah hujan lebih tinggi akibat kondisi La Nina. Tapi, La Nina ini bukan badai tropis, ya," kata Dwikorita, mengutip Kompas.com beberapa waktu lalu.

La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi. Dwikorita menjelaskan, fenomena La Nina terjadi ketika Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG 3-4 Agustus 2024: Wilayah Ini Waspada Cuaca Ekstrem Hujan Lebat

Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah. Selain itu, angin pasat (trade winds) berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudra Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia.

Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat. Karena massa air hangat berpindah tempat, maka air yang lebih dingin di bawah laut Pasifik akan naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tadi.

Hal ini disebut upwelling dan membuat SML turun. Kondisi ini akan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, serta membuat musim hujan terjadi lebih lama.

Sehingga, La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.

"Dengan kata lain, Indonesia saat ini lebih hangat, di sana lebih dingin, sehingga terjadi anomali atau perbedaan. Secara teori, apabila perbedaan itu mencapai minus 0,5, maka itu dinyatakan sebagai ambang batas terbentuknya La Nina," jelasnya.

Lebih lanjut, hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran massa udara basah, tetapi bukan sirkulasi yang kencang seperti terjadinya badai tropis.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA


Sulawesi

Banjir Rendam 12 Kecamatan di Maros

22 Desember 2024, 23:51 WIB

FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x