Oleh karena itu, seseorang diperkenankan menentukan puasa Syawal, misalnya tiap hari Senin dan Kamis, melewati tanggal 13, 14, 15, dan seterusnya selama masih berada di bulan Syawal.
Seandainya seseorang berniat puasa Senin-Kamis atau puasa ayyamul bidl (13,14, 15 setiap bulan hijriah), ia tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal sebab tujuan dari perintah puasa rawatib itu adalah pelaksanaan puasanya itu sendiri terlepas apa pun niat puasanya. (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj).
Tidak seperti puasa Ramadan, niat puasa Syawal—juga dengan puasa sunah lainnya—tak mesti dilakukan di malam hari atau sebelum terbit fajar.
Jika belum berniat di malam hari, tapi keesokan harinya atau di siang mendadak ingin mengamalkan puasa Syawal, diperbolehkan berniat puasa sunnah saat itu juga.
Dengan catatan, orang yang hendak berpuasa sunnah belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.
Niat tersebut cukup diucapkan di dalam hati bahwa ia bersengaja akan menunaikan puasa sunnah Syawal. Tanpa mengucapkan niat secara lisan, puasa sunnah sudah sah.
Untuk lebih memantapkan, ulama menganjurkan melafalkan niat puasa Syawal sebagai berikut:
Niat saat Malam Hari
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah Taala.
Niat saat Siang Hari
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah Taala.
Baca Juga: Bolehkah Utang Puasa Ramadan Dibayar Barengan dengan Puasa Syawal?
Sumber : Kompas TV, NU Online
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.