JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Agama (Kemenag) akan sidang isbat untuk menentukan awal Ramadan 1443 H pada 1 April tahun 2022 M ini.
Kemenag menggunakan metode yang disebut Rukyatul Hilal. Lantas, apa yang disebut rukyatul hilal?
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang isbat Kemenag akan menggabungkan hasil perhitungan hisab dan pengamatan rukyatul hilal.
Hisab adalah proses perhitungan secara matematis untuk melihat posisi bulan dimulainya kalender hijriah.
"Selain data hisab (informasi), sidang isbat akan merujuk pada hasil rukyatul hilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 78 lokasi di seluruh Indonesia," bunyi rilis Kemenag yang diterima KOMPAS.TV, Senin (14/3/2022).
Baca Juga: Sidang Isbat Awal Ramadan 1442 H Digelar 12 April 2021, Berikut Lokasi Rukyatul Hilal
Rukyatul hilal adalah proses melihat dan mengamati hilal langsung. Hilal secara bahasa adalah bulan sabit. Hilal disebut juga bulan sabit muda sangat tipis yang terjadi pada fase awal bulan baru.
Dalam prosesi melakukan Rukyatul Hilal, maka para petugas yang melakukan pengamatannya akan dilakukan pada hari ke 29 atau malam ke 30, dari bulan yang sedang berjalan.
Misalnya, kalau untuk Ramadan, maka rukyatul hilal atau pengamatan dalam proses melihat hilal itu akan terjadi di akhir bulan.
Menurut pemaparan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam lamannya, rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal dengan mata telanjang atau alat bantu optik seperti teleskop.
Rukyat sendiri biasanya dilakukan setelah matahari terbenam di akhir bulan Syakban.
Dikutip dar situs resmi NU, salah satu dalil yang sering digunakan untuk rukyatul hilal adalah hadis dari Rasulullah SAW tentang cara menetapkan puasa.
“Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan Sya'ban menjadi 30 hari." (HR. Bukhari: 1776 dan Imam Muslim 5/354).
Dari hadis di atas, jelas sekali bahwa Rasulullah SAW hanyalah menetapkan "melihat bulan" (rukyatul hilal) sebagai metode untuk permulaan ibadah puasa maupun idul fitri.
Terbukti, dari hadis Nabi Muhammad SAW di atas yang menyuruh menyempurnakan bulan Syakban sebanyak 30 hari apalagi tidak berhasil melihat walaupun secara perhitungan astronomis (hisab) mungkin sudah ada.
Satu hal yang perlu dicermati, hilal sulit dilihat secara langsung. Kalau pun bisa melihatnya, maka biasanya akan terjadi bias dalam prosesi itu.
Apalagi, jika matahari sedang terang atau redup, atupun dalam posisi awan sedang mendung, maka tentu bisa akan sulit melihat hilal.
Untuk melihat hilal, biasanya posisi bulan harus berada dua derajat di atas matahari. Syarat lainnya adalah jarak elongasi dari matahari ke arah kanan atau kiri Semakin lebar maka makin mudah melihat hilal langsung.
Maka dari itu, untuk melihat hilal biasanya biasanya dibantu teleskop. Jika hilal tidak kelihatan, maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan sebagai proses istikmal atau penyempurnaan.
Itulah pengertian rukyatul hilal, proses untuk menentukan awal Ramadan dan Idulfitri dalam kalender Islam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.