JAKARTA, KOMPAS.TV - Berikut ini merupakan kisah yang terjadi pada Zaman Harun Al-Rasyid, ketika dua orang perempuan saling klaim atas seorang bayi mungil dan cantik.
Harun Al-Rasyid sendiri salah seorang raja masyhur dalam Islam di Bani Abbasiyah pada tahun 700-an masehi.
Alkisah, perstiwa aneh ini membuat Harun Al-Rasyid kebingungan. Soalnya, kasus ini sudah berhari-hari berlangsung dan saling klaim terus terjadi. Hakim istana juga kesulitan memutuskan kasus ini hingga ia menghadap sang raja.
Harun Al-Rasyid yang bijaksana itu meminta dari mereka untuk mengalah dan mengaku karena tidak mungkin bayi tersebut lahir dari rahim dua perempuan.
Hal ini justru membuat keduanya naik pitam. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya.
Ia putus asa. Hingga akhirnya teringat sebuah nama seorang sufi yang mungkin bisa membantu. Baginda berputus asa. Sosok itu bernama Abu Nawas.
Baca Juga: Kisah Sufi Diadili karena Justru Makan ketika Puasa, Jawabannya Bikin Jengkel
Abu Nawas pun dipanggil ke istana dan akhirnua mendapatkan cerita dari Raja Harun Al-Rasyid.
Setelah mendengarkan kasus tersebut, Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya
Keesokan harinya sidang pengadilan diteruskan. Tak ada angin dan hujan, Abu Nawas meminta dipanggilkan algojo. Tugasnya masih dirahasiakan.
Lantas, Abu Nawas mengambil bayi itu dan ditempatkan dalam sebuah meja. Algojo berdiri di sampingnya. Semua orang berdiri dan terdiam.
Keringat dingin pun mengucur dari sang algojo itu seperti hendak berkata, kenapa harus membunuh bayi tidak berdosa ini?
"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata salah seorang perempuan.
Sedangkan perempuan satunya sudah menjerit dan menangis. Ia dipegangi orang sekitarnya biar tidak mendekat ke bayi.
"Nanti kalian berdua akan melihat apa yang akan terjadi" jawab Abu Nawas.
"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?" tanya Abu Nawas lagi.
"Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.
Abu Nawas terdiam. "Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata,” ancam Abu Nawas.
Perempuan pertama setuju, satunya menjerit histeris.
"Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua.
Dan, Abu Nawas tersenyum lega. Kebenaran sudah terbuka dan anak itu diserahkan ke sosok perempuan yang menangis. Sosok itu adalah ibu dari bayi tersebut.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata.
*Kisah ini dinulkil buku "Kisah 1001 Malam Abu Nawas Sang Penggeli Hati" karangan MB Rahimsyah terbitan Lintas Media Jombang Jawa timur.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.