Lantas, Abu Nawas mengambil bayi itu dan ditempatkan dalam sebuah meja. Algojo berdiri di sampingnya. Semua orang berdiri dan terdiam.
Keringat dingin pun mengucur dari sang algojo itu seperti hendak berkata, kenapa harus membunuh bayi tidak berdosa ini?
"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata salah seorang perempuan.
Sedangkan perempuan satunya sudah menjerit dan menangis. Ia dipegangi orang sekitarnya biar tidak mendekat ke bayi.
"Nanti kalian berdua akan melihat apa yang akan terjadi" jawab Abu Nawas.
"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?" tanya Abu Nawas lagi.
"Tidak, bayi itu adalah anakku.” kata kedua perempuan itu serentak.
Abu Nawas terdiam. "Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata,” ancam Abu Nawas.
Perempuan pertama setuju, satunya menjerit histeris.
"Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” kata perempuan kedua.
Dan, Abu Nawas tersenyum lega. Kebenaran sudah terbuka dan anak itu diserahkan ke sosok perempuan yang menangis. Sosok itu adalah ibu dari bayi tersebut.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata.
*Kisah ini dinulkil buku "Kisah 1001 Malam Abu Nawas Sang Penggeli Hati" karangan MB Rahimsyah terbitan Lintas Media Jombang Jawa timur.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.