PAMEKASAN, KOMPAS TV - Peristiwa pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 kembali terjadi. Kali ini di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
Jenazah pasien Covid-19 asal Kecamatan Waru berinisial S (60) diambil paksa oleh warga saat sedang diantar ke lokasi pemakaman. Warga menolak pasien dimakamkan dengan cara protokol Covid-19.
Ketua Penanggulangan Covid-19 RSUD Smart Pamekasan, Syaiful Hidayat, mengatakan mobil ambulance yang ditumpangi petugas pemulasaran jenazah saat hendak ke Kecamatan Waru tiba-tiba dicegat di tengah jalan oleh warga.
Baca Juga: Hasil Swab Test Negatif, Keluarga Makamkan Ulang Jenazah PDP Corona
Setelah berhenti, jenazah yang ada di dalam mobil diambil warga. Petugas pemulasaran lantas disuruh pulang ke rumah sakit bersama dengan mobil jenazah.
"Kejadiannya dua hari yang lalu. Petugas dicegat, jenazahnya diambil. Alasannya mau dikuburkan sendiri oleh warga karena tidak mau pakai protokol Covid-19," kata Syaiful Hidayat dikutip dari Kompas.com, Sabtu (13/6/2020).
Selain dicegat, petugas juga diancam menggunakan senjata tajam. Jika jenazah tidak diserahkan, mereka akan melukai petugas dan merusak mobil ambulance yang membawa jenazah.
"Yang menghadang jumlahnya banyak dan pakai senjata tajam. Daripada petugas terluka dan ambulance dirusak, mereka mengalah dan pulang," ucap Syaiful Hidayat.
Baca Juga: Ambil Paksa Jenazah COVID-19 Kena Pasal Berlapis, Ini Selengkapnya
Selain kejadian tersebut, Syaiful mengungkapkan, ada pula warga yang mengancam akan membakar sebuah Puskesmas di Kecamatan Tlanakan.
Ratusan massa mendatangi Puskesmas karena tidak terima ada pasien yang dinyatakan positif Covid-19. Saat jenazah mau dikirim ke RSUD Smart Pamekasan untuk dimandikan dengan protokol Covid-19, warga berdemonstrasi.
"Akhir-akhir ini semakin banyak tekanan dan ancaman kepada petugas medis dan dokter. Bahkan ada yang mau membakar Puskesmas," kata Syaiful.
Kejadian lainnya, Syaiful menambahkan, warga berunjuk rasa karena menolak RSUD Waru dijadikan sebagai tempat observasi dan isolasi pasien Covid-19.
Baca Juga: Wajib Tahu! Virus Corona Masih Bisa Bertahan Hidup di Tubuh Jenazah Hingga 72 Jam
Rumah sakit tersebut rencananya akan dijadikan tempat isolasi dan observasi karena dua rumah sakit rujukan di Kabupaten Pamekasan sudah tidak bisa lagi menampung pasien Covid-19.
Syaiful mengungkapkan, banyak terjadinya penolakan dan pengambilan paksa jenazah karena masyarakat terpengaruh informasi hoaks yang disebarkan di media sosial.
Informasi itu kemudian secara terus-menerus disebarkan dan meluas, sehingga itu dianggap menjadi kebenaran yang harus diikuti dan dipercaya oleh masyarakat.
"Masyarakat mulai tidak percaya dengan Corona karena informasi hoaks di media sosial. Kami para dokter dan tenaga medis sering mendapat ancaman fisik dan psikologis," kata Syaiful.
Karena semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kebenaran Virus Corona, jumlah pasien positif dan PDP di Kabupaten Pamekasan semakin bertambah.
Baca Juga: 5 Orang Pengambil Paksa Jenazah Corona Diisolasi karena Hasil Rapid Test Reaktif
Ruang isolasi sudah tidak mampu lagi menampung pasien Covid-19. Petugas medis juga mulai kewalahan melayani pasien.
Ditambah lagi pasien yang sedang diisolasi sering berbuat ulah seperti mengamuk, mencaci maki tenaga medis dan minta pulang meskipun belum sembuh.
"Untuk menyadarkan masyarakat tentang Virus Corona, butuh peran tokoh agama dan ulama karena panutan masyarakat Madura adalah ulama. Kalau tugas kami hanya merawat pasien saja," ujar Syaiful.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.