DEMAK,KOMPAS.TV – Seorang lelaki yang rumahnya tidak kena cap Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Kunir, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mendadak berteriak kepada kepala desa Selasa (5/5/2020).
"Pak Lurah, saya minta disemprot miskin." katanya sambil menyerebot kerumunan aparat pemerintah desa yang sedang melakukan pengecapan tanda PKH di rumah-rumah terdata kategori miskin.
Kepala Desa M Romli pun menenangkan warga tersebut dan menjelaskan kalau rumahnya sudah bagus dan punya penghasilan sehingga tidak masuk kategori miskin.
Baca Juga: Menko PMK Minta RT/RW dan Pemda Dapatkan Data Penerima Bansos yang Tepat Sasaran
"Rumah depan memang bagus Pak, tapi bagian belakang kan rusak. Ya disemprot yang belakang saja. Iri Pak, mosok orang kaya malah dapat bantuan yang biasa biasa nggak dapat," keluh lelaki berinisial N tersebut.
Aksi labeling keluarga miskin oleh pemdes Kunir, sebelumnya viral di akun IG Ganjar Pranowo , Gubernur Jawa Tengah. Bantuan PKH untuk warga miskin di Desa Kunir dinilai tidak tepat sasaran. Banyak yang tak masuk kriteria sebagai keluarga kekurangan.
Menurut pantauan Kompas.com, beberapa rumah permanen, berlantai keramik turut serta ditandai dengan cap PKH tersebut.
Bahkan, penerima PKH ada yang memiliki mobil dan berdasarkan keterangan aparat desa, yang bersangkutan memiliki lahan pertanian yang cukup untuk hidup.
"Sejauh ini, yang tidak mau menerima PKH karena merasa sudah mampu hanya 1 orang. Lainnya tetap menerima meski tak sesuai dengan kondisinya yang sudah mampu," ujar M. Romli.
Kades dan jajarannya juga menyambangi warga yang betul betul membutuhkan uluran tangan untuk menyambung hidup tapi tak terdata dalam program PKH.
Baca Juga: Data Penerima Bansos Masih Bermasalah, Jokowi Minta Dibuka Secara Transparan
Sebut saja Mbah Lasmi (65), lansia pemilik gubuk reyot yang sudah tak layak huni ini tak muncul namanya dalam daftar. Ia tinggal seorang diri tanpa penghasilan pasti. Sedangkan tetangga samping kanan kiri secara rutin mendapat jatah dana untuk kesejahteraannya.
Tapi Mbah Lasmi mengaku tak iri karena baginya rejeki datang darimana mana.
"Sing penting sehat. Kula boten iri. Kersane rejeki Kula saking pundi pundi. Allah paring gampil. (Yang penting sehat. Saya tidak iri. Supaya rejeki saya dari mana mana. Allah yang mempermudah," ucap Mbah Lasmi sumringah.
M Romli menyayangkan proses pendataan yang tidak melibatkan pemerintah desa. Daftar warga kategori miskin sudah final ketika sampai ke tangannya. Ia mengatakan perangkat desa yang paling tahu kondisi warganya. Mana yang betul betul masuk kategori miskin dan mana yang sudah mampu.
Harapannya, setelah aksi labelisasi miskin bagi penerima PKH ini selesai, warga yang sudah mampu secara ekonomi bisa lebih sadar dan memberikan kesempatan kepada warga yang berhak.
Baca Juga: Kakek Miskin Tinggal di Gubuk Reyot Berharap Bantuan Pemerintah
"Setelah ini, semoga ada peninjauan ulang dari Kemensos terkait pendataan PKH. Sehingga penerima manfaat betul betul masyarakat yang butuh," ujarnya.
Sejauh ini pihaknya merasa dirugikan ketika ada kisruh terkait PKH pasti warga langsung menyerang pemerintah desa dan menyatakan kalau pihaknya pilih kasih.
"Padahal, pendamping PKH ketika mengolah data tidak pernah koordinasi dulu dengan pihak kami," tutupnya.
(Ari Widodo/Kompas.com)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.