BANDUNG, KOMPAS.TV - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta para sopir angkot libur bekerja pada masa Lebaran 2025 dan menjanjikan kompensasi bagi mereka.
Sayangnya, kebijakan ini menimbulkan sejumlah masalah dalam penerapannya.
Lantas, bagaimana fakta-faktanya? Simak rangkumannya di bawah ini.
Dilansir Kompas.com, sopir angkot jurusan Cisarua, Wen (56), menceritakan adanya dugaan uang kompensasi disunat.
Awalnya para sopir diminta datang ke lokasi tanpa adanya pemberitahuan bahwa angkot akan diliburkan selama masa libur Lebaran 2025.
"Tadinya kan nggak ada bilang diliburkan, cuma suruh fotokopi STNK trayek, terus bakal ada bantuan katanya. Nggak bilang diliburkan, nggak. Nah, bilangnya sesudah dapat uang (kompensasi) itu," kata Wen di Kabupaten Bogor, Jumat (4/4/2025).
Ia menyebut, para sopir menerima uang kompensasi dalam bentuk amplop berisi uang tunai Rp1 juta dan paket sembako.
Namun, kata dia, para sopir kemudian diminta untuk menyetorkan uang sebesar Rp200.000 dari amplop tersebut sebagai iuran sukarela untuk pengurus, seperti Organda.
"Amplopnya dikasih di Pemda," ujar Wen.
Dengan demikian, uang yang diterima oleh Wen hanya sebesar Rp800.000.
"Itu katanya dipotong buat pengurus-pengurus, dimintain Rp200.000, itu alasannya. Ya akhirnya ada yang tetap narik, duit bantuannya aja dipotong per orang," ucapnya.
Sopir angkot jurusan Cisarua, Ade (58), juga menyatakan pengalaman serupa.
Ia menyebut ada pemotongan hingga Rp200.000 per orang oleh oknum dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan Organda.
"Uangnya dicokot per-satu orang Rp200 ribu, jadi bantuan (dari Dedi Mulyadi) itu kita nggak nerima utuh," kata Ade.
Menurut keterangannya, petugas sempat menjelaskan pemotongan dilakukan untuk para pengurus sebagai uang iuran sukarela.
Ade menyatakan, pemotongan ini juga dialami oleh hampir semua sopir angkot lainnya. Jumlah bantuan yang diterima sopir sendiri bervariasi, jumlahnya Rp400.000-Rp800.000.
"Kalau saya cuman nerima Rp 400.000 karena Rp 800.000 itu kan harus dibagi lagi sama yang punya mobil (angkot). Jadi yang saya terima di tangan Rp 400.000 aja," ungkap Ade.
Adanya dugaan pemotongan uang kompensasi ini menimbulkan protes di kalangan sopir angkot.
Di satu sisi, angkot mereka diminta libur operasi. Di sisi lain, uang kompensasi untuk sopir justru dipotong.
Ade mengaku, ia yang awalnya mendukung kebijakan meliburkan angkot untuk mencegah kemacetan, akhirnya malah merasa dirugikan.
Sebab, masa lebaran merupakan ladang rezeki bagi para sopir. Ia ingin ketika angkot diliburkan, uang kompensasi untuk mereka juga tetap utuh.
Baca Juga: Sejumlah Sopir Angkot Keluhkan Dugaan Pemotongan Uang Kompensasi dari Dedi Mulyadi
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.