Setiba di Gili Trawangan, Maya dan sejumlah rekannya berkeliling menumpang cidomo, angkutan penumpang serupa delman atau andong yang ada di pulau seluas sekitar 340 hektare itu.
Rekan-rekannya yang lain ada yang memilih berkeliling berjalan kaki atau menyewa sepeda.
“Sejuk ya di sini,” tutur perempuan berusia 65 tahun itu saat ditemui Kompas.tv.
Ia menunjuk pepohonan yang rindang di area tempat ia duduk. “Apalagi pohonnya rindang," katanya.
Saat direspons Kompas.tv bahwa cuaca di Gili Trawangan biasanya panas hampir sepanjang tahun kecuali di musim hujan, Maya manggut-manggut.
“Oh, pantes, soalnya biasanya pesisir pantai kan panas, ya.”
Maya juga menyebut, sebelum berkunjung ke Gili Trawangan, ia sempat membaca-baca perihal informasi hingga sejarah pulau.
Termasuk soal penduduk asli pulau yang berasal dari Suku Bugis di Sulawesi Selatan yang berlayar dan terdampar di Tiga Gili, hingga mayoritas penduduk Gili Trawangan yang muslim.
Baca Juga: Berita Foto: Romantisme Hujan di Gili Trawangan
Maya juga sempat mengungkapkan keheranannya akan banyaknya wisatawan mancanegara di Gili Trawangan.
“Kayak bukan wisata di Indonesia gitu ya, banyak banget bulenya,” celetuknya merujuk wisatawan mancanegara yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Berwisata hingga ke Lombok, Maya mengaku takjub akan pesona keindahan alam Indonesia.
“Keindahan alam Indonesia itu sangat menakjubkan, betul-betul indah,” tutupnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.