Carlim juga mengatakan bahwa sang anak tidak digaji meski bekerja sebagai asisten rumah tangga selama setahun di rumah itu.
“Tidak dibayarkan (gajinya), Bu. Sampai-sampai anak saya di sana dipekerjakan sebagai pembantu sampai dia sakit, sampai dia pingsan, dimarah-marahin, sampai dirawat sehari semalam di rumah sakit.”
Dalam dialog itu Carlim juga menjelaskan awal mula anaknya bekerja sebagai asisten rumah tangga dan tidak digaji.
Awalnya, kata Carlim dirinya didatangi oleh tetangga di kampungnya yang menawarkan agar sang anak mendaftar sebagai anggota polisi wanita (polwan).
“Awalnya saya kan tidak ada minat anak saya daftar polisi, datanglah Bapak Tarya dan Pak Asep yang mengiming-imingi suruh anak masuk ke kepolisian,” kata Carlim.
Baca Juga: Petani Kena Tipu Oknum Polisi, Setor Uang Pelicin Rp 598 Juta Demi Anaknya Masuk Polwan
Kala itu, lanjut Carlim, dirinya menolak karena merasa tidak memiliki uang untuk mendaftar. Namun, terduga pelaku menyarankan agar Carlim menjual sawah serta kebunnya.
“Awalnya nolak saya, karena tidak punya uang, dia bilang ‘Sudah kebun jual saja, sawah jual aja, buat modalnya’, katanya begitu.”
Menurut Carlim, ia menyerahkan uang tersebut kepada dua terduga pelaku yang berbeda, yakni kepada Asep melalui cara transfer dan yang kedua ia serahkan pada Heni P secara tunai atau cash.
“Dia meminta dulu. Pertama Rp200 juta meminta ke saya, ditransfer ke rekening Pak Asep Sudirman. Kedua, Rp300 juta suruh dianterin ke rumah yang bawanya, yaitu di rumah Bu Heni P, di Asrama Polisi Kalideres,” bebernya.
“Cash. Sama Bu Heni dihitung uangnya terus bikin kuitansi.”
Meski telah menyerahkan uang sebesar ratusan juta rupiah, sang anak tidak juga lulus menjadi anggota Polri.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.