Kompas TV regional peristiwa

Cek Jenazah Anaknya, Ayah Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya Temukan Mulut Berdarah dan Memar

Kompas.tv - 7 Februari 2023, 18:15 WIB
cek-jenazah-anaknya-ayah-mahasiswa-politeknik-pelayaran-surabaya-temukan-mulut-berdarah-dan-memar
Aiptu Muhammad Yani, ayah kandung dari MRFA (19), mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya yang meninggal dunia,menemukan sejumlah luka memar di jenazah anaknya. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV –  Aiptu Muhammad Yani, ayah kandung dari MRFA (19), mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya yang meninggal dunia, menemukan sejumlah luka memar di jenazah anaknya.

MRFA merupakan mahasiswa asal Mojokerto, Jawa Timur, yang diduga meninggal akibat penganiayaan.

Korban dipulangkan oleh pihak kampus dalam keadaan tak bernyawa pada Senin (6/2/2023) dini hari.

Muhammad Yani mengatakan, ia menerima kabar tentang meninggalnya sang anak pada pukul 22.45 WIB, dan jenazah putranya berada di Rumah Sakit Haji Sukolilo Surabaya.

“Dikabari pukul 22.45, dikabari bahwa anaknya sudah meninggal dan berada di Rumah Sakit Haji Sukolilo Surabaya,” tuturnya dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Selasa (7/2/2023).

Namun, lanjut dia, pihak keluarga tidak diberi tahu penyebab kematian sang anak.

Baca Juga: Gelombang Tinggi Hingga 6 Meter, Warga Pesisir dan Aktivitas Pelayaran Diminta Waspada

Setelah menerima kabar duka tersebut, Yani langsung berangkat ke Rumah Sakit Haji Sukolilo Surabaya.

Setibanya di sana, ia mengecek jenazah MRFA, dan menemukan sejumlah luka lebam serta memar pada bagian tubuhnya.

“Saya menyimpulkan dan menduga, kalau dilihat ada luka lebam, memar, praduga saya ada tanda-tanda penganiayaan.”

Saat mengonfirmassi penyebab kematian pada pihak pembina dari kampus, disebutkan bahwa korban meninggal dunia karena jatuh di kamar mandi.

“Waktu saya konfirmasi ke pihak pembinanya, informasinya terpeleset di kamar mandi, kan tidak masuk akal. Saya sebagai orang tua tidak percaya,” tuturnya.

“Bibir, dagu, hidung, pipi, dan dahi itu memar. Di mulutnya itu banyak mengeluarkan darah, sama di dada dan leher juga memar. Makanya saya curiga,” lanjut Yani.

Ia menegaskan, dirinya cuiga itu merupakan tanda bekas penganiayaan, sebab jika terpeleset, tidak mungkin kondisinya seperti itu.

“Nggak mungkin kalau terpeleset ada banyak luka memar di mana-mana. Makanya terus saya laporkan ke Polsek Gunung Anyar.”

Jika luka memar tersebut benar-benar merupakan tanda bekas penganiayaan, Ia berharap pelaku segera terungkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku.

“Kalau benar-benar ada penganiayaan, saya sebagai keluarga ingin pelaku segera terungkap dan ditindak, diproses sesuai hukum.”

Sementara itu, Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya mengatakan, pihaknya menyerahkan penuh proses hukum kepada Polrestabes Surabaya.

Menurutnya, hingga kini sudah ada 12 siswa yang sudah diperiksa polisi sebagai saksi.

"Untuk sementara yang dimintai keterangan, ada sekitar 9-12 orang, di Polrestabes Surabaya. Sudah berjalan sejak tadi siang. Hingga saat ini," ujarnya di kantornya Gedung Poltekpel Surabaya, Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023), dikutip Kompas.com.

Baca Juga: Cerita Bripka Madih Ngaku Pernah Jadi Korban Penganiayaan: 2011, Dikeroyok 12 Orang

Mereka yang diperiksa dari kalangan siswa satu angkatan hingga senior korban yang diduga terlibat dalam dugaan penyiksaan tersebut.

Pihaknya, lanjut Heru, akan kooperatif dan transparan terhadap proses hukum yang berlaku.

"Tentunya kami sangat terbuka di dalam membuka kasus ini seluas-luas, seterang benderangnya. Apa yang gerangan terjadi, pada malam Senin tersebut," jelas dia.


 

 

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x