NAGEKEO, KOMPAS.TV - Rencana proyek pembangunan Waduk Lambo di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus mendapat penolakan dari masyarakat adat Desa Rendu Butowe, Kecamatan Asesa Selatan, Kabupaten Nagekeo.
Penolakan tersebut ditunjukkan oleh masyarakat, terutama kaum ibu, dengan menjaga pintu gerbang masuk menuju lokasi yang akan dijadikan tempat pembangunan waduk.
Baca Juga: Razia Tambang Emas Ilegal di Kawasan Waduk Riam Kanan, Polhut Kalsel Beri Peringatan ke Empat Pelaku
Saban hari, belasan ibu-ibu sengaja berdiri tegak di gerbang masuk. Tujuannya untuk mengadang petugas Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II dan polisi yang hendak melakukan pengukuran.
Aksi pengadangan oleh ibu-ibu tersebut terjadi pada Rabu (13/10/2021). Dengan suara lantang, mereka melarang petugas dan aparat kepolisian memasuki area lokasi yang akan dijadikan waduk.
Saat melakukan pengadangan, salah seorang ibu bernama Hermina Mawa secara terang-terangan meminta agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi menarik aparat keamanan dan petugas Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II.
Baca Juga: Setelah Pidato Jokowi soal Pinjol, Polisi Gerebek Pinjol Ilegal dengan 56 Karyawan
"Kami minta Pak Jokowi tarik semua aparat keamanan dan petugas BWS dari lokasi," kata Hermina dikutip dari Kompas.com, Kamis (14/10/2021).
Hermina menegaskan, sampai kapan pun dirinya dan masyarakat adat Desa Rendu Butowe tetap menolak pembangunan Waduk Lembo.
"Sampai kapan pun kami tetap menolak waduk ini menenggelamkan tanah ulayat. Hidup dan mati kami sudah di sini," ucap Hermina.
"Tidak boleh ukur. Ini tanah ulayat kami. Kami tidak mau tanah ini hancur dan tenggelam," teriak ibu-ibu tersebut di hadapan aparat kepolisian yang hendak masuk lokasi.
Baca Juga: Jokowi Akan Resmikan Sejumlah Infrastruktur di NTT, Ini Daftarnya
Selanjutnya, ibu-ibu yang melakukan pengadangan meminta aparat keamanan untuk pergi dari tanah ulayat mereka.
"Pergi kalian dari sini. Masuk tanah orang tanpa izin pemilik," teriak mereka.
Tak lama kemudian, amarah mereka pun semakin tersulut lantaran melihat aparat masuk ke lokasi tidak melalui jalan masuk, tetapi melalui hutan.
"Masuk di tanah kami macam pencuri. Makanya kami usir mereka dari lokasi," kata Hermina.
Baca Juga: Kunjungan Kerja ke Jawa Timur, Jokowi Ziarah ke Makam Bung Karno Sampai Resmikan Waduk Bendo
Aksi penolakan pembangun Waduk Lambo diketahui telah berlangsung beberapa kali oleh masyarakat adat setempat.
Sebenarnya, masyarakat tidak menolak pembangunan Waduk Lambo. Hanya, mereka minta agar lokasi pembangunan waduk direlokasi.
Ada dua lokasi alternatif yang ditawarkan oleh masyarakat sebagai lokasi pembangunan waduk, yakni di Malawaka dan Iowopebhu.
Baca Juga: Jasad Laki-laki dengan Kondisi Tangan Terikat Ditemukan Mengambang di Waduk Mojokerto
Ketua Badan Pengurus Harian Aman Wilayah Nusabunga Flores-Lembata Philipus Kami menjelaskan pada dasarnya masyarakat adat tidak menolak pembangunan waduk yang merupakan program strategis nasional itu.
Namun, kata Philipus, mereka menolak lokasi pembangunan di Lowo Se karena terdapat berbagai identitas budaya di tempat tersebut.
Mulai dari padang perburuan adat, gereja, sekolah SMP dan SD, rumah-rumah warga serta lahan pontesial masyarakat adat.
Baca Juga: Dosen Unsyiah Kuala Saiful Mahdi Resmi Bebas setelah Dapat Amnesti dari Jokowi
“Sudah berkali-kali, bahkan sudah disampaikan langsung oleh utusan masyarakat adat kepada Kementrian PUPR pada Agustus 2017 yang lalu di hadapan BWS NT II," kata Philipus dikutip dari Kompas.com.
"Bapak Menteri PUPR mengatakan bahwa jangankan 100 orang, satu warga saja masih tolak waduk tidak jadi dibangun."
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.