"Pergi kalian dari sini. Masuk tanah orang tanpa izin pemilik," teriak mereka.
Tak lama kemudian, amarah mereka pun semakin tersulut lantaran melihat aparat masuk ke lokasi tidak melalui jalan masuk, tetapi melalui hutan.
"Masuk di tanah kami macam pencuri. Makanya kami usir mereka dari lokasi," kata Hermina.
Baca Juga: Kunjungan Kerja ke Jawa Timur, Jokowi Ziarah ke Makam Bung Karno Sampai Resmikan Waduk Bendo
Aksi penolakan pembangun Waduk Lambo diketahui telah berlangsung beberapa kali oleh masyarakat adat setempat.
Sebenarnya, masyarakat tidak menolak pembangunan Waduk Lambo. Hanya, mereka minta agar lokasi pembangunan waduk direlokasi.
Ada dua lokasi alternatif yang ditawarkan oleh masyarakat sebagai lokasi pembangunan waduk, yakni di Malawaka dan Iowopebhu.
Baca Juga: Jasad Laki-laki dengan Kondisi Tangan Terikat Ditemukan Mengambang di Waduk Mojokerto
Ketua Badan Pengurus Harian Aman Wilayah Nusabunga Flores-Lembata Philipus Kami menjelaskan pada dasarnya masyarakat adat tidak menolak pembangunan waduk yang merupakan program strategis nasional itu.
Namun, kata Philipus, mereka menolak lokasi pembangunan di Lowo Se karena terdapat berbagai identitas budaya di tempat tersebut.
Mulai dari padang perburuan adat, gereja, sekolah SMP dan SD, rumah-rumah warga serta lahan pontesial masyarakat adat.
Baca Juga: Dosen Unsyiah Kuala Saiful Mahdi Resmi Bebas setelah Dapat Amnesti dari Jokowi
“Sudah berkali-kali, bahkan sudah disampaikan langsung oleh utusan masyarakat adat kepada Kementrian PUPR pada Agustus 2017 yang lalu di hadapan BWS NT II," kata Philipus dikutip dari Kompas.com.
"Bapak Menteri PUPR mengatakan bahwa jangankan 100 orang, satu warga saja masih tolak waduk tidak jadi dibangun."
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.