JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebagai ilmu yang dinamis, public relations terus menunjukkan perkembangannya.
Hal itu jelas dibutuhkan panduan untuk bisa mengikuti dinamika public relations yang terus meningkat
Sebagai panduan, dua praktisi dan akademisi public relations, Ika Sastrosoebroto dan Susilowati Natakoesoemah membuat buku yang berisi cara terbaik mengenal public relations.
Baca Juga: Ciptakan Ruang Terbuka Hijau, Wali Kota Semarang Pimpin "Ground Breaking" Brillian Park
Buku tersebut adalah “A Comprehensive Guide to Crafting Effective Public Relations Campaign: 8 Steps as Public Relations Planner”.
Menurut keduanya, buku ini dibuat bagi siapa pun yang ingim memahami dunia public relations.
Juga diperuntukan bagi para profesional, yang baru masuk ke dalam industri komunikasi.
Baik Ika Sastrosoberto dan Susilowati Natakoesoemah telah berkarya 25 tahun, sebagai praktisi dan akademi di bidang public relations.
Dalam buku tersebut, Susilowati Natakoesoemah yang akrab disapa Susi memaparkan kerangka kerja praktik dan teoritis public relations dengan cara yang sangat gamblang.
Apalagi ketika paradigma public relations telah mengalami transformasi seiring perkembangan pusat teknologi komunikasi.
Menurutnya hal itu secara langsung tidak langsung berpengaruh pada pola kerja dan peran public relations.
Sementara itu, Ika Sastrosoebroto mengungkapkan bahwa public relations tak dimaksudkan hanya sekadar membangun awareness.
Menurutnya public relations juga untuk menjangkau loyalty beyond reasons.
“Bukan semata investasi dalam persepsi, tetapi juga untuk membangun business outcome selanjutnya,” kata Ika, Sabtu (18/5/2024).
Baca Juga: Buku ''Sleep Healing'' Bedah dan Ungkap Tips Mempermudah Proses Tidur
Menurut Ika Sastrosoebroto, public relations juga berfungsi untuk mengilhami atau membujuk orang agar secara alami membicarakan “kita” dengan nada positif.
Nada itu akan menghasilkan persepsi baik dan kredibilitas tinggi, juga yang dapat mengarahkan audience ke arah pembicaraan yang sesuai dengan harapan kita.
Dalam buku ini, Ika dan Susi sama-sama mendukung kebebasan pers dan kebebasan informasi di dunia medi sosial, selama keduanya menjunjung tinggi kode etik jurnalistik, kebenaran dan fakta nyata.
Keduanya sepakat konten media massa dan konten media sosial, harus obyektif dan memegang teguh tanggung jawab sosial.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.