"Anda boleh bangga ditepuk-tangan di PBB. Tapi bagi kami tidak. Kami tidak bangga sama sekali," ujar Anita di ruang rapat Komisi X DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (26/9/2022).
Anita mengatakan bahwa program yang dibuat oleh Nadiem, nyatanya belum bisa dinikmati oleh semua kalangan.
"Karena kalau kami bodoh, tidak mungkin kami dipilih rakyat. Itu sudah pasti. Karena kami bicara dengan data yang ada. Program ada, anggaran ada, dirasakan oleh rakyat atau tidak? Kalau tidak dirasakan oleh rakyat, bagi kami anda tidak berhasil," tuturnya.
"Orang luar negeri boleh tepuk tangan karena mereka tidak tahu apa-apa. Tapi kita di negeri ini, kita yang tahu," kata Anita.
Selain itu, Anita juga mempertanyakan mengenai manfaat "Tim Bayangan", apakah bisa memberi solusi untuk masyarakat Indonesia.
"Kemudian kami dengar di PBB anda dengan bangganya ada 400 tim bayangan. Kenapa masih banyak ketertinggalan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar)? Kenapa? Dan 400 tim bayangan itu apa kebanggaannya? Dan coba jelaskan mengapa kita harus bangga dengan anda, Pak Menteri?" cecar Anita.
Belakangan Nadiem mengklarifikasi bahwa "Shadow Organization" yang dimaksud adalah vendor bernama GovTech Edu yang berada di bawah anak perusahaan PT Telkom.
"Mereka adalah vendor," kata Menteri Nadiem dalam Rapat Kerja bersama Komisi X di DPR RI, Senin (26/9/2022).
"Banyak anak-anak muda mau bergabung ke dalam tim GovTech Edu tersebut untuk membangun produk-produk ini," ujarnya.
Mereka diklaim telah merilis lima produk untuk membantu sistem pendidikan yaitu Merdeka Mengajar, ARKAS, SIPLah, Kampus Merdeka, Rapor Pendidikan dan Belajar.id.
Kebanyakan anggota dari "Tim Bayangan" ini, ungkap Nadiem, berasal dari start-up teknologi seperti Gojek, Grab, Bukalapak, Traveloka, Zalora, dan OVO.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.