PHNOM PENH, KOMPAS.TV - Kamboja sukses meraih sedikitnya 58 medali emas pada ajang SEA Games 2023. Raihan tersebut merupakan pencapaian terbaik Kamboja di ajang SEA Games.
Ternyata ada tiga cabang olahraga (cabor) yang menjadi pendulang medali emas bagi Kamboja, tuan rumah SEA Games 2023.
Uniknya, ketiga cabor tersebut cukup asing terdengar, dan dua di antaranya ternyata merupakan cabor tradisional Kamboja.
Ketiga cabor tersebut merupakan bokator, khun khmer dan vovinam.
Baca Juga: Update Perolehan Medali SEA Games 2023: Indonesia di Posisi ke-4 dengan 53 Emas
Bokator dan khun khmer merupakan cabor tradisional Kamboja. Sedangkan vovinam merupakan cabor tradisional Vietnam.
Bokator menyumbang delapan medali emas kepada kontingen Kamboja. Sedangkan khun khmer memberikan 14 medali emas.
Kamboja juga meraih sepuluh medali emas dari cabor vovinam.
Total ada 32 medali emas yang diraih Kamboja dari ketiga cabor tersebut, atau setengah lebih sedikit dari seluruh medali emas yang mereka dapat di SEA Games 2023.
Baca Juga: Pelatih Vietnam Menantang Duel, Manajer Timnas Pencak Silat Indonesia yang Seorang TNI Pasang Badan
Bokator merupakan bela diri kuno rakyat Khmer, masyarakat asli Kamboja, selama lebih dari 2.000 tahun.
Dikutip dari Traditional Sports, menurut sejarawan, wilayah Kerajaan Khmer meliputi daerah pegunungan, danau, sungai, dan lautan.
Warganya hidup berdampingan dengan hewan seperti harimau, singa, atau karnivora lainnya.
Untuk bertahan hidup, masyarakat Khmer berjuang untuk mendapat pengetahuan agar bisa beradaptasi dengan alam dan mempertahankan diri dari segala jenis ancaman hewan liar.
Adegan perkelahian, teknik pencekikan dan pukulan ditemukan pada relief Angkor, khususnya di Bateay Srey.
Mereka mempraktikkan seni bela diri asal India yang disebut Maloyuth.
Gambar pertarungan masyarakat Khmer yang melawan hewan buas dengan bela diri bokator, tergambar dalam pahatan di sejumlah kuil di Sambor Prei Kuk, Koh Ker, Baphuon, Bayon, Preah Khan dan Banteay Chmar.
Istilah bokator sendiri merujuk pada teknik pertarungan yang melibatkan posisi setengah berlutut, tak terlalu tinggi atau rendah.
Bokator didasarkan pada 12 posisi dan kombinasi dari berbagai posisi tersebut membentuk teknik pertarungan yang spesifik.
Sedangkan menurut kamus Khmer dari Yang Mulia Chuon Nat, istilah bokator berarti jenis tongkat pendek yang membentang dari siku ke tangan yang digunakan sebagai tameng melawan tongkat panjang lawan.
Selain bokator, khun khmer juga merupakan bela diri masyarakat Khmer kuno, dan kadang disebut pradal serey.
Khun khmer dipercaya berasal dari kerajaan Khmer pada periode 902 M.
Tapi tak ada bukti yang memastikan kun khmer dikembangkan dari budaya masyarakat lokal, atau dari India.
Pada era kolonial Prancis pada tahun 1863 hingga 1953, bangsa Prancis menilai kun khmer terlalu sadis.
Mereka pun mengimprovisasikannya menjadi olahraga dengan membagi kompetisi itu menjadi beberapa ronde, dan mengharuskan petarung untuk bertanding menggunakan sarung tangan.
Thailand sendiri kerap menyamakan khun khmer dengan muay thai. Namun menurut Sekjen IFMA Stephan Fox, kun khmer bukan muay thai. Ia pun menganalogikannya seperti judo dan karate.
Namun, kun khmer memiliki gaya bertanding yang nyaris sama dengan muay thai.
Vovinam atau viet vo dao merupakan bela diri tradisional Vietnam, dan didirikan pada 1938 oleh Nguyen Loc.
Vovinam sendiri berdasarkan prinsip keras dan lunak, melibatkan penggunaan serangan siku, tendangan dan gerakan gulat.
Bela diri ini juga menggunakan senjata seperti pedang, pisau, pahat, cakar, dan kipas yang berfungsi sebagai perangkat pelatihan untuk mencapai kontrol tubuh dan pikiran yang optimal.
Atlet vovinam juga mempelajari teknik dan bentuk pertahanan.
Vovinam sendiri didirikan oleh Loc karena ia percaya bela diri akan berkontribusi untuk membebaskan Vietnam dari kolonialisasi Prancis.
Vovinam juga memasukkan elemen dari sistem bela diri China dan Jepang.
Sumber : Tradisional Sports
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.