JAKARTA, KOMPAS.TV - Eks anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Akmal Marhali, menilai harusnya pemilik saham mayoritas Arema FC dan Wakil Ketum PSSI, Iwan Budianto, yang mundur dan bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan, bukan Gilang Widya Pertama.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gilang alias Juragan 99 mengumumkan mundur dari posisi presiden Arema FC dan dunia sepak bola pada hari ini, Sabtu (29/10/022).
Akmal yang merupakan koordinator Save Our Soccer (SOS) menilai Gilang adalah anak muda potensial yang ke depan bisa berkontribusi dalam industri sepak bola Indonesia.
"Iwan Budianto sebagai pemilik klub dan pemilik saham mayoritas Arema FC yang tanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan. Bukan Gilang. Ia anak muda yang punya potensi gerakkan industri sepak bola Indonesia, sangat disayangkan sekali," katanya saat dihubungi KOMPAS.TV, Sabtu.
"Kalau dilihat akte notarisnya, pemegang mayorits saham dan Dirut Iwan Budianto yang harus dikenai tanggung jawab. Presiden itu tidak ada dalam struktural di perusahaan," papar Akmal.
Ia lantas mencontohkan PT LIB, di mana direktur utamanya, Hadian Lukita, yang menjadi tersangka dalam tragedi Kanjuruhan.
"Namun, faktanya, orang melihat kasus ini Juragan 99 yang tanggung jawab. Kasihan ini, sayang banget, dia anak muda diharapkan jadi motor industri sepak bola ke depannya," sambungnya.
Pendapat Akmal Marhali itu terkait dengan komposisi saham PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi (PT AABI) yang menunjukkan bahwa Gilang Widya Pramana bukanlah pemegang saham mayoritas Arema FC, melainkan Iwan Budianto yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.
Berdasarkan data Ditjen AHU Kemenkumham per 10 Mei 2022, disebutkan Iwan Budianto memegang kepemilikan saham mayoritas sebesar 3.750 lembar saham atau senilai Rp3.750.000.000.
Sementara itu, PT Juragan Sembilan Sembilan Corp, yakni perusahaan milik Gilang, hanya menguasai 750 lembar saham atau senilai Rp750.000.000.
Disusul perusahaan Raffi Ahmad, PT Rans Entertainment Indonesia, yang menguasai 500 lembar saham senilai Rp500.000.000.
Baca Juga: Sambil Menangis, Gilang Juragan 99 Pamit dari Dunia Sepak Bola, Efek Tragedi Kanjuruhan
Akmal lantas menyebutkan, kasus mundurnya Gilang bisa menjadi indikator anak-anak muda potensial yang mengerti industri bola, bakal ogah masuk ke dunia sepak bola Indonesia.
"Ini bikin kapok anak muda yang ingin gerakkan industri. Selain Gilang, ada Atta Halilintar yang kini pilih fokus futsal dan Prily Latuconsina (Persikota Tangerang). Mereka terpental karena orang lama yang haus kekuasaan," sebutnya.
Akmal lantas mengkritik kepemillikan klub dan konflik kepentingan dalam sepak bola Indonesia.
"Di sepak bola tidak boleh cross ownership. Sekarang Raffi Ahmad sebagai contoh, ia punya tiga kepemilikan. Ini tidak bener. Ini harus dibenerin PSSI."
Selain memilik RANS Nusantara FC dan saham di Arema FC, Raffi Ahmad disebut-sebut juga punya saham di Persija Jakarta.
"Ada potensi conflict of interest. Misalnya, RANS lagi jeblok, bisa minta tolong Persija Jakarta atau Arema FC, ini nggak benar. Maka dari itu, di statuta FIFA melarang itu, tapi di kita malah boleh. Ini harus dibenerin," paparnya.
Baca Juga: Mundur dari Posisi Presiden Arema FC, Gilang Widya Ngaku Terimbas Tragedi Kanjuruhan: Saya Trauma
Sebelumya diberitakan, Gilang mundur dari posisi presiden Arema FC usai terjadinya Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menewaskan 135 jiwa. Ia mengaku trauma atas peristiwa tersebut.
Sambil menangis dan dengan suara terbata-bata, Gilang menyatakan mundur dari jabatannya pada Sabtu (29/10/2022) siang.
Keputusan tersebut disampaikannya secara langsung kepada awak media di Kandang Singa, sebutan bagi kantor Arema FC di Jl. Mayjend Panjaitan no.42, Malang, Jawa Timur.
Gilang menyatakan, ia sekaligus berpamitan karena ia menyatakan bakal rehat dari dunia sepak bola.
"Saya memutuskan untuk istirahat dan rehat dari dunia sepak bola," kata Gilang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.