KABUL, KOMPAS.TV - Taliban mengungkapkan tidak akan mengintervensi tim nasional (timnas) putra kriket Afghanistan. Tetapi, nasib timnas kriket wanita masih belum jelas.
Terlepas dari kekacauan yang disebabkan oleh jatuhnya pemerintahan Afghanistan ke tangan Taliban, Dewan Kriket Afghanistan (ACB) mengonfirmasi bahwa Liga Kriket Afghanistan tidak akan berhenti.
“Taliban tidak memiliki masalah atau masalah dengan kriket, dan mereka telah memberi tahu kami bahwa kami dapat melanjutkan pekerjaan kami sesuai rencana,” kata Kepala Operasi Media ACB Hikmat Hassan, dikutip dari India Times.
Hassan menambahkan bahwa timnya siap untuk pertandingan melawan Pakistan, bulan depan.
Baca Juga: Begitu Cepat, Jenderal AS Tak Menduga Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban Hanya dalam 11 Hari
“Kami telah menyelesaikan dua kamp pelatihan kami di Kabul dan kami memiliki sponsor, tim produksi, dan bahkan kit sudah siap,” ungkap Hassan.
Afghanistan memiliki kompetisi bernama Shpageeza Cricket League (SCL).
Kriket sendiri merupakan olahraga terpopuler di Afghanistan dan diperkenalkan Inggris dalam perang Anglo-Afghan pada abad ke-19.
Namun, olahraga ini baru populer pada era 1980-an hingga 1990-an. Warga Afghanistan termasuk Taliban belajar mengenal kriket kembali.
Kemudian pada 1995, ACB didirikan dan menjadi anggota penuh Dewan Kriket Internasional (ICC) pada 2017.
Hassan yakin timnas putra Afghanistan dapat bermain di Twenty20 World Cup yang akan diselenggarakan di Uni Emirat Arab pada Oktober sampai November mendatang.
"Kami percaya diri kami akan berpartisipasi dan kami akan mempersiapkan diri dalam beberapa pekan ke depan. Saya pikir tidak ada masalah," ujarnya.
"Ini adalah kesempatan untuk menyatukan negara, membawa kegembiraan bagi orang-orang dan memberikan tontonan yang luar biasa,” imbuh Hassan.
Namun, untuk timnas wanita, masih belum ada kejelasan.
Baca Juga: Kisah Tragis Zaki Anwari, Atlet Sepak Bola Afghanistan yang Jatuh Dari Roda Pesawat Militer AS
Semasa kekuasaan Taliban pada 1996 hingga 2001, perempuan dilarang bersekolah, kerja, hingga diwajibkan mengenakan cadar.
ICC mewajibkan 12 anggota penuhnya, salah satunya Afghanistan, untuk memiliki tim nasional wanita. Sebanyak 25 pemain kriket wanita sudah diberikan kontrak pada November 2020.
"Saya pikir itu akan dihentikan. Itu asumsi saya," kata Hamid Shinwari, kepala eksekutif ACB, dikutip dari BBC.
"Saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan," sambungnya.
"Kami telah mempertahankan gaji dan mereka ada dalam daftar gaji kami. Jika pemerintah memutuskan bahwa kami tidak bergabung dengan tim nasional wanita, kami harus menghentikanny," kata Shinwari.
Baca Juga: Taliban Berkuasa, Para Pemain Sepak Bola Perempuan Afghanistan Kehilangan Harapan
Sumber : BBC, India Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.