"Kami percaya diri kami akan berpartisipasi dan kami akan mempersiapkan diri dalam beberapa pekan ke depan. Saya pikir tidak ada masalah," ujarnya.
"Ini adalah kesempatan untuk menyatukan negara, membawa kegembiraan bagi orang-orang dan memberikan tontonan yang luar biasa,” imbuh Hassan.
Namun, untuk timnas wanita, masih belum ada kejelasan.
Baca Juga: Kisah Tragis Zaki Anwari, Atlet Sepak Bola Afghanistan yang Jatuh Dari Roda Pesawat Militer AS
Semasa kekuasaan Taliban pada 1996 hingga 2001, perempuan dilarang bersekolah, kerja, hingga diwajibkan mengenakan cadar.
ICC mewajibkan 12 anggota penuhnya, salah satunya Afghanistan, untuk memiliki tim nasional wanita. Sebanyak 25 pemain kriket wanita sudah diberikan kontrak pada November 2020.
"Saya pikir itu akan dihentikan. Itu asumsi saya," kata Hamid Shinwari, kepala eksekutif ACB, dikutip dari BBC.
"Saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan," sambungnya.
"Kami telah mempertahankan gaji dan mereka ada dalam daftar gaji kami. Jika pemerintah memutuskan bahwa kami tidak bergabung dengan tim nasional wanita, kami harus menghentikanny," kata Shinwari.
Baca Juga: Taliban Berkuasa, Para Pemain Sepak Bola Perempuan Afghanistan Kehilangan Harapan
Sumber : BBC, India Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.