JAKARTA, KOMPASTV – Gumpalan busa putih mirip salju tergenang di sungai Banjir Kanal Timur (BKT), Duren Sawit, Jakarta Timur, Minggu (28/6/2020).
Sungai yang dipenuhi “salju” itu menjadi tontonan warga yang menikmati hari bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD).
Warga yang selesai berolah raga memilih untuk duduk di tepi BKT sambil menikmati pemandangan langka tersebut.
Baca Juga: Terkuak! Limbah Masker Akibat Corona Lebih Banyak daripada Ubur-ubur di Lautan
Ada juga warga yang berswa foto alias selfie dengan latar belakang sungai “salju” dan membuat video dari jembatan pintu air serta bantaran yang berdekatan dengan posisi busa.
Operator alat berat pintu air BKT, Parlina Manulu, mengatakan situasi itu kerap muncul pada saat kemarau, tapi belum diketahui sumbernya.
"Terjadi setiap hari, ini sudah lima hari," ujar Parlina Minggu (28/6/2020) dikutip dari Antara
Gumpalan busa tersebut kerap muncul saat petugas bendung melakukan penutupan pintu.
Baca Juga: Tak Gunakan Masker, Satpol PP Beri Sanksi Pelanggar CFD Pungut Sampah dan Menyapu Jalanan
"Kalau penyebabnya kurang tahu. Kalau airnya mengalir, situasinya biasa, normal saja, tidak ada busa begini," ujarnya.
Busa limbah rumah tangga
Di kesempatan berbeda Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih menjelaskan busa putih yang menyerupai salju di permukaan sungai BKT itu merupakan endapan detergen limbah rumah tangga yang terangkat akibat turbulensi arus.
Fenomena turbulensi aliran sungai BKT karena ada perbedaan ketinggian air dari sisi yang berlawanan dan dipicu oleh penutupan Pintu Air Weir 1 Malaka Sari.
Baca Juga: Warga Ramai Malam Takbiran di BKT Padahal Masih PSBB
Menurut Andono gumpalan busa putih itu telah ditindaklanjuti jajaran Dinas LH DKI Jakarta sejak Sabtu (27/6/2020). Ia memastikan bahwa busa tersebut akan hilang dengan sendirinya.
"Penutupan pintu air menimbulkan arus dari arah berlawanan sehingga aliran mengalami pergerakan yang kuat hingga detergen yang terendap cukup lama di dasar, naik ke permukaan," ujarnya.
Andono menambahkan diterjen berkategori keras dari limbah rumah tangga akan memproduksi banyak busa karena kandungan Metilen Blue Active Surfactan (MBAS).
Detergen jenis itu, kata Andono, kurang ramah bagi lingkungan sebab berpotensi merusak ekosistem sungai.
Baca Juga: Unik ! Souvenir Bros Karawo Berbahan Dasar Limbah
Ia menyarankan agar masyarakat detergen lembut yang lebih ramah lingkungan. Andono mengingatkan banyaknya busa tidak menjadi patokan hasil pencucian bisa lebih bersih.
Guna mengantisipasi terulangnya peristiwa itu, Dinas LH DKI Jakarta mengintensifkan sosialisasi dan penegakan hukum.
"Kita intensifkan sosialisasi serta penegakan hukum oleh Bidang Penaatan dan Penegakan Hukum DLH terhadap pelaku usaha cucian kendaraan dan pakaian di sepanjang BKT yang mengalirkan limbah ke badan air tanpa pengolahan," katanya.
Secara bertahap, Pemprov DKI Jakarta akan membangun Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) yang bertujuan menghasilkan olahan berupa air yang memenuhi baku mutu air limbah yang dapat dibuang ke badan air dengan aman.
Baca Juga: Jalan Layang Non Tol Antasari Disemprot Disinfektan Setelah Digunakan Untuk CFD
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.