Fenomena turbulensi aliran sungai BKT karena ada perbedaan ketinggian air dari sisi yang berlawanan dan dipicu oleh penutupan Pintu Air Weir 1 Malaka Sari.
Baca Juga: Warga Ramai Malam Takbiran di BKT Padahal Masih PSBB
Menurut Andono gumpalan busa putih itu telah ditindaklanjuti jajaran Dinas LH DKI Jakarta sejak Sabtu (27/6/2020). Ia memastikan bahwa busa tersebut akan hilang dengan sendirinya.
"Penutupan pintu air menimbulkan arus dari arah berlawanan sehingga aliran mengalami pergerakan yang kuat hingga detergen yang terendap cukup lama di dasar, naik ke permukaan," ujarnya.
Andono menambahkan diterjen berkategori keras dari limbah rumah tangga akan memproduksi banyak busa karena kandungan Metilen Blue Active Surfactan (MBAS).
Detergen jenis itu, kata Andono, kurang ramah bagi lingkungan sebab berpotensi merusak ekosistem sungai.
Baca Juga: Unik ! Souvenir Bros Karawo Berbahan Dasar Limbah
Ia menyarankan agar masyarakat detergen lembut yang lebih ramah lingkungan. Andono mengingatkan banyaknya busa tidak menjadi patokan hasil pencucian bisa lebih bersih.
Guna mengantisipasi terulangnya peristiwa itu, Dinas LH DKI Jakarta mengintensifkan sosialisasi dan penegakan hukum.
"Kita intensifkan sosialisasi serta penegakan hukum oleh Bidang Penaatan dan Penegakan Hukum DLH terhadap pelaku usaha cucian kendaraan dan pakaian di sepanjang BKT yang mengalirkan limbah ke badan air tanpa pengolahan," katanya.
Secara bertahap, Pemprov DKI Jakarta akan membangun Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) yang bertujuan menghasilkan olahan berupa air yang memenuhi baku mutu air limbah yang dapat dibuang ke badan air dengan aman.
Baca Juga: Jalan Layang Non Tol Antasari Disemprot Disinfektan Setelah Digunakan Untuk CFD
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.