Dalam kesempatan itu, Sunan juga menyoroti pihak sekolah yang tidak mengeluarkan rekaman CCTV pada 31 Januari 2024.
Seperti diketahui, puncak perundungan yang dialami korban terjadi pada 30 dan 31 Januari 2024.
"Saya sangat sayangkan kenapa CCTV hanya dikeluarkan pada 29 adan 30 (Januari). Menurut keterangan klien kami. kejadian dua hari berturut-turut pada 30 dan 31 (Januari) di kamar mandi dan lantai yang sama. Kenapa tidak disampilkan visual CCTV di tanggal 31," ujarnya.
"Jadi kalau mau pakai alat bukti CCTV tolong dihadirkan secara utuh jangan potong-potongan," imbuhnya.
Sebelumnya, dalam rapat audiensi di Komisi III DPR, Selasa (17/9), RE mengungkapkan dirinya telah mengalami perundungan sejak pertama kali bersekolah di SMA swasta di Jaksel itu.
Tak hanya perundungan secara verbal, ia mengaku mendapatkan pelecehan hingga kekerasan fisik berupa pemukulan dari para pelaku.
Bahkan ia mengaku menjadi korban pelecehan di bulan pertama dirinya menjadi siswa di sekolah tersebut. RE meyakini aksi tersebut juga terekam CCTV.
"Terpapar jelas bahkan saya rasa di CCTV, tetapi sekolah tidak pernah menunjukkan CCTV itu. Kenapa sekolah hanya menunjukkan bukti atau video yang hanya menguntungkan pihak mereka?" kata RE.
"Sementara saya, saya hanya anak bangsa. Yang bisa berharap keadilan, dan mewakili para korban bully di luar sana," sambung RE sambil terisak.
Ia menambahkan, salah satu pelaku perundungan mengaku orang tuanya merupakan ketua partai politik berinisial A.
Di sisi lain, pihak sekolah telah buka suara terkait hal tersebut dan mengatakan kasus yang terjadi murni perselisihan antarsiswa.
Sementara itu, kasus dugaan bullying dan pelecehan seksual yang dialami RE tersebut saat ini tengah diusut pihak kepolisian. Kasus tersebut saat ini telah naik ke tahap penyidikan.
Baca Juga: Curhat di DPR, Korban Perundungan di SMA Jaksel Sebut Seorang Pelaku Ngaku Anak Ketua Partai
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.