JAKARTA, KOMPAS.TV – Wihadi Wiyatno selaku juru bicara (jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) calon presiden-wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menanggapi kunjungan keduanya menemui Raja Kasultanan Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Menurut Wihadi, pihaknya melihat bahwa kunjungan Prabowo dan Gibran bertemu Sultan merupakan unggah-ungguh atau sopan santun sekaligus untuk mendapatkan petuah.
“Kalau kita ini melihatnya begini, dalam pepatah Jawa kan kita harus punya unggah-ungguh,” kata dia dalam dialog Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Rabu (31/1/2024).
“Artinya kita juga mesti harus kulonuwun, dan kalau kulonuwun itu kita juga mesti yang namanya kita mendapatkan pepatah, petuah, dan nasihat.”
Ia kemudian menjelaskan bahwa Gibran yang merupakan putra Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) merupakan keluarga dari Solo.
Baca Juga: Capres Ganjar Pranowo Tanggapi soal Isu Politisasi Bansos Jelang Pemilu 2024
Sementara, Keraton Solo dan Yogyakarta sebenarnya masih satu rumpun dari Kerajaan Mataram.
“Artinya, bagaimana pun juga yang namanya Keraton Jogja dan Solo itu adalah sebenarnya satu rumpun.”
“Kalau kita lihat di sini bahwa yang namanya Pak Jokwoi tentunya juga melihat bahwa Sri Sultan adalah seorang tokoh nasional juga, dalam hal ini Pak Jokowi tentunya datang kepada Sri Sultan bukan hanya sekali itu saja,” tambahnya.
Menurutnya, bisa dikatakan bahwa setiap kali Jokowi berkunjung ke Yogakarta, ia selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan Sultan.
“Kalau kita berbicara Pak Prabowo dengan Mas Gibran, tentunya kita melihat Mas Gibran adalah seorang putra Solo yang tahu sopan santun. Tentunya akan datang untuk meminta izin.”
“Kalau saat ini Pak Prabowo dan Mas Gibran datang kepada Sri Sultan, tentunya kita melihat ada satu pasang yang datang, yang langsung meminta izin kedua-duanya,” tuturnya.
Bahkan, lanjut Wihadi, jika memperhatikan bahasa tubuh Sultan saat menerima kunjungan Prabowo dan Gibran, ada sesuatu yang bisa dilihat dari situ. Namun, ia tidak secara gamblang menjelaskan hal yang ia maksud.
“Kalau kita melihat daripada bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh Sultan saat menerima Pak Prabowo dan Mas Gibran, itu adalah sesuatu hal yang kita melihat bahwa, masyarakat Jawa itu kan masyarakat yang sangat mengerti masalah bahasa tubuh.”
“Ini adalah suatu hal yang kita lihat di sini bagaimana menerima seorang tamu dan bagaimana menerima seorang sahabat, itu akan terlihat di situ,” tambahnya.
Baca Juga: Aksi Gibran dan Ridwan Kamil Motoran Naik Royal Enfield di Bandung
Ia kemudian menegaskan bahwa jika melihat tentang Keraton Yogyakarta, kita tidak hanya berbicara tentang Yogyakarta tetapi juga Mataram.
“Tidak hanya kita bicara Jogja, karena kita bicara di Jawa itu ada yang istilahnya Mataraman. Mataraman itu semuanya melihat bahwa di sini bagaimana pengaruh Sultan terhadap semuanya permasalahan di Jawa ini.”
“Ini bukan hanya bicara Jogja tapi kita bicara Jawa, Mataraman, itu tentu semuanya akan melihat bahwa Sri Sultan sebagai panutan mereka,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.