JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat politik Hanta Yuda menyebut bakal calon presiden (capres) saat ini, baik Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto, menyasar pemilih Joko Widodo (Jokowi) pada pemilihan umum presiden (Pilpres) 2019 silam, Senin (1/5/2023).
"Keduanya sedang menyasar basis Jokowi saat ini," kata Hanta di Kompas Petang, Kompas TV, Senin (1/5/2023).
Menurut dia, basis pendukung Ganjar mayoritas merupakan pendukung Jokowi pada Pilpres sebelumnya.
"Mas Ganjar itu basisnya paling banyak dapat dari basis Pak Jokowi," ujarnya.
Akan tetapi, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia itu menerangkan, elektabilitas Ganjar saat ini berkisar separuh dari persentase tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi yang berkisar antara 70 hingga 80 persen.
"Artinya ada masih banyak pemilih Presiden Jokowi di 2019 lalu belum ke Mas Ganjar," ungkapnya.
Sementara itu, menurut dia, Prabowo yang saat ini dekat dengan Jokowi kini juga menyasar basis pemilih Presiden ke-7 RI itu.
Baca Juga: Soal Penentuan Bakal Cawapres Ganjar dan Prabowo, Pengamat: Kalau Keliru, Bisa Bubar Koalisi
Selain itu, Hanta menilai, keduanya juga bisa saja menyasar pemilih Jokowi yang belum menentukan pilihan.
"Bisa jadi mereka menyasar pemilih Jokowi yang belum ke Ganjar maupun ke Prabowo," jelasnya.
Ia pun menekankan pentingnya peran kandidat calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi para bakal capres itu.
Pasalnya, tokoh-tokoh yang akan ditunjuk sebagai bakal cawapres itu yang nantinya bisa mendongrak elektabilitas para bakal capres. Namun, jika para ketua umum partai salah pilih, kandidat bakal cawapres itu juga bisa menurunkan keterpilihan bakal capres yang diusung partai politik maupun koalisi parpol.
"Kalau keliru menentukan cawapres, bisa bubar koalisi," tegas Hanta.
Menurutnya, bakal cawapres yang dicari para ketum parpol di antaranya harus memiliki suara elektoral dan akseptabilitas.
"Kalau tepat memilih, maka dia akan kontributif secara elektoral," ujar Hanta.
Baca Juga: Jubir Tinggalkan Sandiaga Uno: Saya Memilih Bersama Prabowo dan Gerindra
Kontributif yang ia maksud ialah bakal cawapres itu akan melengkapi bakal capres dari berbagai sisi.
Selain faktor suara pemilih atau elektoral, jelas dia, ada juga faktor akseptabilitas yang harus dipenuhi nama bakal cawapres.
Akseptabilitas artinya bacawapres itu didukung oleh para ketum parpol.
Lalu, kata dia, ketum parpol juga perlu mempertimbangkan faktor lain, misalnya demografis, komposisi nasional-religius, dan sebagainya dari para kandidat bakal cawapres.
Menurut Hanta Yuda, saat ini peta politik menuju pemilihan umum presiden (Pilpres) 2024 masih sangat dinamis.
Oleh karena itu, kemungkinan para tokoh politik nasional untuk saling berpasangan masih sangat terbuka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.