Pasalnya, tokoh-tokoh yang akan ditunjuk sebagai bakal cawapres itu yang nantinya bisa mendongrak elektabilitas para bakal capres. Namun, jika para ketua umum partai salah pilih, kandidat bakal cawapres itu juga bisa menurunkan keterpilihan bakal capres yang diusung partai politik maupun koalisi parpol.
"Kalau keliru menentukan cawapres, bisa bubar koalisi," tegas Hanta.
Menurutnya, bakal cawapres yang dicari para ketum parpol di antaranya harus memiliki suara elektoral dan akseptabilitas.
"Kalau tepat memilih, maka dia akan kontributif secara elektoral," ujar Hanta.
Baca Juga: Jubir Tinggalkan Sandiaga Uno: Saya Memilih Bersama Prabowo dan Gerindra
Kontributif yang ia maksud ialah bakal cawapres itu akan melengkapi bakal capres dari berbagai sisi.
Selain faktor suara pemilih atau elektoral, jelas dia, ada juga faktor akseptabilitas yang harus dipenuhi nama bakal cawapres.
Akseptabilitas artinya bacawapres itu didukung oleh para ketum parpol.
Lalu, kata dia, ketum parpol juga perlu mempertimbangkan faktor lain, misalnya demografis, komposisi nasional-religius, dan sebagainya dari para kandidat bakal cawapres.
Menurut Hanta Yuda, saat ini peta politik menuju pemilihan umum presiden (Pilpres) 2024 masih sangat dinamis.
Oleh karena itu, kemungkinan para tokoh politik nasional untuk saling berpasangan masih sangat terbuka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.