Selepas Jeram Tibu Nyanyang, untuk mencapai perahu, peserta dapat melompat dari tebing berketinggian sekitar enam meter ke bagian sungai yang dalam. Melompat dari ketinggian tentu memberikan sensasi tersendiri.
“Lompat dari tebingnya seru banget! Jantung serasa terbang!” seru Maria, seorang peserta rafting yang memilih terjun dari tebing itu sambil tertawa.
“Ada takutnya waktu perahu terbalik tadi, tapi seru,” tutur Sahman dari Lombok Tengah, yang perahunya sempat terbalik saat melewati jeram.
“Ini kali kedua saya arung jeram di sini. Sebelumnya saya pernah rafting di sini. Seru banget!” ujar Linda, seorang siswi sekolah internasional di Lombok.
Setelah melewati sekitar lima jeram di sungai sepanjang sekitar 5 kilometer selama sejam, pengarungan pun berakhir.
Wisata petualangan alternatif Lombok
Lombok Rafting yang didirikan oleh Amang Dwi Supiyanto memberi alternatif wisata petualangan berbeda di Lombok. Sebab, selama ini Lombok dikenal dengan wisata petualangan pendakian gunung (Rinjani) dan pantai serta laut, tapi bukan pengarungan sungai.
Sejak berdiri pada 2013, selama lima tahun, Amang berupaya memperbaiki jalur pengarungan sungai agar layak dijadikan destinasi wisata pengarungan sungai.
Berbeda dengan pembukaan jalur darat yang relatif mudah, untuk membuka jalur sungai, ia mesti merogoh kocek hingga jutaan rupiah untuk memecah batu.
“Dari dulu Lombok tidak punya sungai untuk rafting. Dengan adanya Lombok Rafting, selama lima tahun, kami perbaiki jalur sehingga Lombok punya destinasi baru, destinasi rafting untuk tujuan wisata adventure atau petualangan yang lain,” tutur Amang yang sudah berkecimpung di dunia kepencintaalaman sejak menimba ilmu di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (Stiba) Malang, Jawa Timur itu.
Bentang alam Sungai Jangkuk yang indah dan dinilainya aman karena tak curam, membuat Amang memilih membuka jalur pengarungan di sungai itu.
“Sungai Jangkuk ini sungai lava atau lahar yang sudah terbentuk ratusan tahun. Secara otomatis, indah, dan juga tidak curam. Sungainya melebar, sehingga kalau terjadi air yang naik, evakuasinya tinggal minggir saja. Jadi sungai ini termasuk aman, salah satu sungai yang teraman di dunia, tapi tidak mengurangi keseruannya saat diarungi,” papar Ketua Federasi Arung Jeram NTB itu.
Amang juga melibatkan warga setempat untuk menjalankan usahanya. Sehingga, dampak ekonomi pun turut dirasakan warga sekitar.
Para pemuda desa setempat diberdayakan menjadi kru Lombok Rafting dan melayani tetamu, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Tentu saja, seperti hidup, tak melulu suka yang didapat.
“Susah kalau tamu ndak perhatikan yang kita bilang. Sudah diingatkan untuk meninggalkan barang berharga di basecamp atau titip ke tim rescue, tapi tetap ngotot. Ternyata perahunya terbalik, dan barang-barangnya seperti paspor, uang, basah. Jadinya komplain sepanjang sisa pengarungan,” tutur Sahrul (27), seorang pemandu, menceritakan pengalamannya selama tujuh tahun menggeluti profesi pemandu rafting.
“Pernah ada tamu asing. Dia mau main air, tapi nggak mau basah. Aneh, kan? Komplain terus,” timpal Efek, panggilan akrab Abdul Indrawan, sambil terkekeh.
Toh, semua itu terhapus dengan kesenangan bermain di alam, juga bercanda akrab dengan rekan dan tetamu dari berbagai negara.
“Sukanya? Main di alam, ketemu tamu dari berbagai negara. Meskipun bahasa Inggris kami sedikit, tapi mereka mengerti,” pungkas Sahrul tersenyum.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.