JAKARTA, KOMPAS.TV – Pihak Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyebut isu utang piutang antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak elok dikemukakan ke publik, karena seolah-olah menjadi senjata untuk menurunkan citra Anies.
Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara PKS, Muhammad Iqbal, Sabtu (11/2/2023).
“Terkait dengan isu utang piutang antara Mas Sandi dan Mas Anies ini juga tidak elok dikemukakan ke publik,” tuturnya, dikutip dari laporan tim liputan Kompas TV Thifal Solesa dan Julian Fernando,.
“Karena ini terkesan men-down grade Mas Anies, terkesan seolah-olah isu ini menjadi salah satu senjata untuk menurunkan citra Mas Anies,” imbuhnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Buka Suara Soal Isu Utang-Piutang Pilkada DKI Anies: Sudah Saya Akhiri!
Terlebih, lanjut Iqbal, masalah utang piutang tersebut merupakan permasalahan internal Pilkada.
“Apalagi ini menjadi salah satu catatan penting dalam pemilu di 2024 ini seolah-olah terkesan Mas sandi atau timnya tidak ikhlas kalau Mas Anies mendapat perahu dalam pemilu 2024,” urainya.
Iqbal kemudian mengingatkan bahwa maju dalam pertarungan pemilihan presiden (pilpres) merupakan hak konstitusional.
Berkaitan dengan hal itu, ikatan utang piutang maupun izin untuk mencalonkan diri tidak berlaku.
“Adapun apa namanya ikatan utang piutang atau masalah-masalah izin segala macam itu, otomatis tidak berlaku, karena undang-undang membolehkan siapa saja berhak untuk maju sebagai calon presiden.”
“Jangan sampai isu ini terkesan digulirkan setelah Mas Anies mendapat perahu, setelah mendapat dukungan dari 3 partai yang memenuhi presidential treshold,” paparnya.
PKS, lanjut Iqbal, mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga demokrasi dan bersikap sebagai negarawan.
“Untuk itu, bagi kami PKS, mari kita sama-sama menjaga demokrasi kita dan bersikaplah sebagai negarawan yang bersaing dengan sehat.”
Sebelumnya, Kompas.TV memberitakan, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Benny K. Harman menyebut, banyak pihak ketakutan dan cemas apabila Anies Baswedan menjadi presiden saat nanti di Pilpres 2024.
Benny lantas menyebut, itu terbukti dengan banyaknya narasi dan serangan yang disebutnya berupaya menjatuhan Anies Baswedan jelang Pilpres 2024 nanti.
Ia lantas menyebut, narasi itu mulai dari soal soal utang piutang Rp50 miliar yang melibatkan Anies Baswedan dengan Sandiaga Uno, sampai soal dugaan korupsi.
Menurutnya, hal itu lantaran Anies Baswedan diklaim sebagai sosok kuat, terutama ketika berhadapan dengan oligarki.
"Menurut saya, dari segi psikologi politik itu ada gambaran kekhawatiran, gambaran ketakutan, gambaran kecemasan. Banyak tokoh, banyak pemimpin yang cemas, bahkan sangat cemas apabila Anies jadi Presiden," kata Benny di Gedung DPR, Senayan, Selasa (7/2/2023).
Lantas ia menyebut, alasan banyak pihak ketakutan adalah, karena Anies Baswedan disebutnya kuat dan bagus di penegakan hukum.
"Mengapa cemas? Karena, ya semua orang tahu Anies itu tokoh yang punya integritas bagus, komitmen yang kuat tentang pluralisme, komitmen kuat tentang demokrasi, komitmen yang kuat untuk pemberantasan korupsi, komitmen yang kuat untuk penegakan hukum,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Erwin Aksa mengungkapkan, ada perjanjian antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjelang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu.
Menurut Erwin, perjanjian antara dua orang yang akhirnya terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur itu berkaitan dengan utang piutang, yaitu Anies memiliki utang sebesar Rp 50 miliar untuk berlaga di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu.
"Saya cuma melihat, saya enggak tahu (isinya apa), itu saya lihat ada perjanjian utang piutang," kata Erwin saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/2/2023).
Baca Juga: Deklarasi Calon Presiden Yang Diusung PKS 2 Pekan Lagi
Namun, keponakan Jusuf Kalla ini enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai perjanjian itu, ia mempersilakan Kompas.com untuk mengutip pernyataannya dalam wawancara di kanal YouTube "Akbar Faizal Uncensored".
Dalam wawancara itu, Erwin menyebutkan bahwa Sandiaga memberikan utang kepada Anies untuk memenuhi kebutuhan logistik pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
"Kira-kira begitu, karena yang mempunyai likuiditas Pak Sandi, kemudian memberikan pinjaman kepada Pak Anies, karena waktu itu kan putaran pertama kan namanya juga lagi tertatih-tatih juga kan waktu itu," tuturnya.
"Nilainya berapa ya, Rp 50 miliar barangkali," ujar Erwin.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.