JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah lonjakan infeksi Covid-19 di sejumlah negara, termasuk China, epidemiolog Dicky Budiman menyarankan pemerintah Indonesia untuk melakukan beberapa langkah.
Pertama, ia menyarankan agar pemerintah memberlakukan kebijakan skrining bagi orang yang akan datang ke Indonesia.
"Dalam konteks China, saya kira kita harus sangat mewaspadai ya dalam bentuk skrining harus diperketat bagi pendatang," jelas Dicky kepada KOMPAS.TV, Rabu (28/12/2022).
Meski tidak menjamin akan menangkal masuknya sub varian virus Corona baru, ia menyebut skrining perlu dilakukan untuk memberikan waktu bagi Indonesia untuk mempersiapkan diri.
"Pastikan pelancong dari China mendapat tes PCR negatif, kemudian dalam status booster," ujarnya.
Kedua, ia menyarankan pendatang dari luar negeri untuk melakukan isolasi mandiri setidaknya dalam waktu tiga hari.
"Meski pun tidak sampai tujuh hari, tapi setidaknya kalau masuk wilayah Indonesia, tiga hari stay (isolasi) dulu untuk memastikan bahwa dia tidak bergejala," jelas dia.
Baca Juga: Ada Lonjakan Kasus Covid-19 di China, Epidemiolog Ingatkan Indonesia Waspadai Potensi Mutasi Virus
Ia tak menyarankan pemerintah Indonesia untuk menutup perbatasan, melainkan memperkuat skrining bagi pelancong dari luar negeri, terutama Tiongkok.
"Kalau melarang ya enggak, menutup itu tidak perlu, tapi memperkuat mitigasi dengan cara skriningnya saja," kata kandidat doktor dari Griffith University, Australia itu.
Ketiga, ia menyarankan pemerintah untuk memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak bepergian ke luar negeri, terutama Negeri Tirai Bambu itu.
"Kalau saya sih menyarankan jangan dulu ke China sampai setidaknya awal atau pertengahan Februari," jelas dia.
Baca Juga: Covid-19 Mengganas di Jepang dan China, Pemerintah Indonesia Masih Monitor Perkembangan Kasus
Ia menjelaskan, meski situasi di Indonesia relatif landai, karena keterbatasan testing. Ia mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan sirkulasi atau penyebaran subvarian virus Corona yang efeltif dalam menginfeksi dan menginfeksi ulang.
"Artinya kita harus sangat mewaspadai dalam konteks Indonesia ini, karena beredarnya subvarian BN.1, XBB, atau BQ.1 yang bersirkulasi di Indonesia akan sangat rawan terhadap kelompok lansia atau anak yang belum divaksinasi," terang dia.
Apalagi, kata dia, cakupan vaksin booster di Indonesia ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
"Sehingga bersirkulasinya sub varian tadi akan sangat mengancam kelompok itu (lansia dan anak-anak), karena mereka (mutasi virus) tetap bisa membuat orang-orang yang rawan itu masuk rumah sakit, dan bahkan bisa mengalami kematian," tegas dia.
Baca Juga: Covid-19 Menggila, Jepang Catat Rekor 438 Kematian Harian, Infeksi Tembus 200 Ribu Kasus
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.