JAKARTA, KOMPAS.TV - Eddi Saputra, seorang ayah yang memiliki anak berusia 10 bulan 21 hari harus melewati dua pekan yang suram saat anaknya mengalami gagal ginjal akut.
Kepada Kompas TV, Eddi Saputra menceritakan perjuangannya mencari kesembuhan bagi anaknya. Dia harus menghadapi payahnya mencari rumah sakit hingga menyaksikan anaknya yang cuci darah sebanyak lima kali.
Eddi bercerita bahwa awal mula anaknya mengalami gagal ginjal ditandai dengan demam tinggi, tubuhnya merah-merah, peradangan pada kerongkongan, muntah, dan tak bisa buang air kecil atau kencing.
Baca Juga: Antidotum Gagal Ginjal Akut dari Singapura Sudah Diuji Coba di RSCM, Ini Hasilnya
“Itu kami tunggu sampai dua hari, menunggu kencingnya (yang) tidak keluar,” ungkap Eddie dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Sabtu (22/10/2022).
Selama anaknya sakit, Eddi mengaku bahwa istrinya memberikan obat, seperti paracetamol hingga amoxicillin, dalam bentuk sirop.
Setelah dua hari tak ada perkembangan, Eddie dan istri pun memutuskan untuk membawa anaknya ke rumah sakit. Baginya, perjalanan ke rumah sakit ini penuh perjuangan.
“Itu harus melalui perjuangan yang berat untuk menuju rumah sakit. Karena pada saat malam kami bawa itu, semua rumah sakit yang kami kunjungi hampir semuanya penuh dengan pasien anak,” cerita Eddi.
Keesokan harinya, dia kembali mencari rumah sakit. Beruntung, ada satu tempat tidur anak yang kosong di Rumah Sakit Dr. Zainul Abidin, Aceh.
Dokter pun langsung menangani anak Eddi, termasuk memasangkan kateter. Selanjutnya, dokter memantau reaksi dari tubuh anak.
Baca Juga: Tiga Tahap Keracunan Etilen Glikol hingga Gagal Ginjal, Perhatikan Gejala Awalnya!
Sehari telah berlalu namun urine anaknya tak kunjung keluar, dokter pun mengambil keputusan agar anak Eddi melakukan cuci darah.
“Kencingnya belum keluar, akhirnya Dokter Hadi mengambil keputusan yang luar biasa, dia langsung menyatakan cuci darah,” ungkapnya.
“Pada saat itu saya memang sudah pasrah aja, saya minta ke Dokter Hadi buat yang terbaik,” tutur Eddi.
Setelah proses cuci darah pertama selesai, kondisi sang anak mulai menunjukkan peningkatan. Pada saat itu, Eddi mengambil pelajaran penting.
“Saya mulai mengadu pada Allah, tidak mengeluh, tidak menangis lagi di depan anak, akhirnya setiap kali dicuci darah, selalu ada peningkatan,” ujar Eddi.
Hingga setelah cuci darah ketiga, anaknya diperbolehkan untuk keluar dari ruang Intensive Care Unit (ICU), dipindahkan ke ruang rawat.
Baca Juga: Cerita Ibu di Depok yang Balitanya Gagal Ginjal Akut: Awalnya Demam Biasa, 7 Hari Kemudian Meninggal
Kondisi anak mulai membaik, dilihat dari volume urine yang semakin banyak. Mulai dari 25 cc meningkat ke 1.000 cc setelah cuci darah kelima.
“Yang pertama, air seninya itu mulai bertambah, dari 25 cc naik ke 50 cc, dari 250 cc naik ke 500 cc, dari 500 cc naik ke 750 cc, kemudian naik ke 1.000 cc. Jadi setiap cuci darah itu perkembangannya mulai nampak. Dan bengkak badan sudah mulai berkurang,” urai Eddi memaparkan.
Sang anak pun akhirnya diizinkan pulang ke rumah dua hari yang lalu.
Baca Juga: 2 Anak Meninggal di Sultra Diduga Gagal Ginjal Akut, Dinkes Kirim Sampel Darah dan Obat ke Kemenkes
Eddi berpesan kepada para orang tua yang tengah berjuang untuk mendapatkan kesembuhan anaknya yang mengalami gagal ginjal akut untuk jangan menyerah dan berdoa kepada Tuhan.
“Seluruh orang tua yang mengalami, jangan pernah berputus asa dan jangan pernah menyerah dengan rahmat Allah. Berhentilah menangis di depan anak, berhentilah mengadu kepada sesama makhluk Allah, tetapi menangis dan mengadulah kepada Allah saat orang-orang sedang tertidur pulas, karena air mata orang tua tidak akan mengalir dengan sia-sia,” pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.