MALANG, KOMPAS.TV - Dicky Kurniawan merasa sengatan tajam ke matanya ketika polisi di Stadion Kanjuruhan, Malang, menembakkan gas air mata.
Ia berdiri di dekat pintu keluar tribun, mengaku melihat kerusuhan dimulai pada Sabtu (1/10/2022) malam saat suporter yang marah menyerbu lapangan Kanjuruhan, ketika Arema kalah dari Persebaya untuk pertama kalinya di kandang sendiri.
Massa melemparkan botol dan benda-benda lain. Kekerasan menyebar ke luar stadion. Mobil polisi dijungkalkan dan dibakar.
Dicky Kurniawan menyaksikan awal mula kerusuhan di lapangan, lalu terkejut ketika polisi juga menembakkan gas air mata ke kerumunan penonton di tribun.
Saat gas menyebar ke sekeliling stadion, Dicky menarik pacarnya dan berlari ke pintu keluar seperti semua orang di sana.
Baca Juga: Cerita Saksi Kericuhan di Kanjuruhan, Teriakan Minta Tolong di Mana-Mana, Gas Air Mata Bikin Panik
Bubaran massa menyebabkan saling-injak yang menewaskan hampir tiga puluh orang nyaris seketika. Kejadian ini kemudian menjadi salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah sepak bola, menewaskan 125 orang dan melukai ratusan lain.
“Kekacauannya ada di lapangan, tetapi mereka (polisi) menembakkan gas air mata ke tribun stadion,” kata Dicky kepada Associated Press, Minggu (2/10).
Selepas tragedi, Dicky dilarikan ke Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Ia mengalami luka memar di wajah tetapi mengaku beruntung bisa selamat.
“Sekarang saya tak mau lagi menonton sepak bola di stadion,” imbuh Dicky.
Di samping tempat tidur rumah sakit Dicky, seorang penyintas lain bernama Farel Panji juga mengaku beruntung bisa selamat.
Baca Juga: Kisah Korban Tragedi Kanjuruhan: Dibonceng Sahabat ke Stadion, Diantar Pulang tanpa Nyawa
Farel, masih berusia 16 tahun, tengah beranjak ke pintu keluar ketika polisi menembakkan gas air mata. Ketika kerumunan merangsek ke arahnya, Farel mengaku terdorong hingga terjatuh dan pingsan.
“Saya pingsan selama beberapa saat. Ketika bangun, saya masih di tribun stadion,” kata Farel.
Farel Panji kemudian kembali pulang dengan selamat, dilarikan ke rumah sakit keesokan harinya.
Meskipun demikian, remaja yang dirawat dengan mengenakan jersei Arema itu mengaku Tragedi Kanjuruhan tidak mengubah cintanya ke klub.
Polri menyebut 125 orang meninggal dunia dan 323 terluka akibat Tragedi Kanjuruhan. Pemerintah pun membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut kejadian ini.
Pembentukan TGIPF Tragedi Kanjuruhan diumumkan pada Senin (3/10). Tim ini dipimpin oleh Menko Polhukam Mahfud MD dengan wakil ketua Menpora Zainuddin Amali.
Tim ini juga beranggotakan mantan Security Officer AFC, akademisi, pengamat dan jurnalis, mantan pemain, hingga polisi. Menurut Mahfud, TGIPF Kanjuruhan akan bertugas selama dua minggu hingga sebulan.
Baca Juga: Mahfud MD Ketua Tim Independen Pencari Fakta Kasus Kanjuruhan, Anggotanya Menteri hingga Jurnalis
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.