JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebanyak 66,5 persen penyintas Covid-19 mengalami sindrom pasca Covid-19 alias long covid.
Long covid adalah kondisi seseorang mengalami tanda atau gejala Covid-19 yang baru atau menetap lebih dari 12 minggu dari onset dan bukan berasal dari diagnosis penyakit lain.
Angka 66,5 persein ini ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh tim dari RSUP Persahabatan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Baca Juga: Update Corona: Sebaran 3.393 Kasus Baru Covid-19 di Indonesia Hari Ini 18 Juli 2022
Studi yang dilakukan pada 9-28 Januari 2021 ini melibatkan 385 responden yang pernah terkonfirmasi positif Covid-19 dengan tes swab RT-PCR dan sembuh dengan hasil tes negatif atau menyelesaikan isolasi mandiri 14 hari.
Direktur Utama RSUP Persahabatan, Agus Dwi Susanto, menjelaskan bahwa responden mengisi kuesioner yang telah disusun, terkait identitas, komorbiditas, hingga gejala klinis yang dialami usai sembuh dari Covid-19.
“Selain identitas juga kuesioner untuk sesak napas dengan mMRC Scale. Kemudian juga menilai kualitas hidup,” kata Agus dalam konferensi pers mengenai Long Covid, Senin (18/7/2022).
Agus menjelaskan, responden dalam penelitian ini didominasi kaum perempuan sebanyak 58,7 persen dan didominasi responden yang berumur 18 - 40 tahun.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 66,5 persen responden mengalami gejala klinis setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19 alias long covid.
“Dinyatakan gejala yang menetap pasca sembuh atau dinyatakan sebagai long covid ditemukan pada 256 (responden), 66,5 persen,” jelas Agus.
Baca Juga: Update Jumlah Kasus Baru Covid-19 di Indonesia Hari Ini 18 Juli 2022: 3.393 Positif, 2.427 Sembuh
Gejala long covid terbanyak yang dilaporkan dari responden, di antaranya kelelahan, batuk, nyeri otot, dan sesak napas.
Gejala ini bisa menetap dalam durasi yang berbeda, mulai dari 14 hari hingga lebih dari enam bulan.
Namun, sebagian besar responden melaporkan bahwa durasi long covid menetap selama 14 hari - satu bulan.
Adapun, komorbid atau penyakit penyerta yang diderita responden sebagian besar adalah asma, hipertensi, dan diabetes.
Mengenai status gizi responden, Agus bilang bahwa sebagian besar responden adalah pasien yang mengalami obesitas, yakni sebanyak 243 atau 63,1 persen.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa long covid dapat dialami penyintas yang mengalami gejala ringan saat terkonfirmasi positif virus corona.
“Derajat keparahan pada pasien yang kita survei, sebagian besar justru ringan, 220 orang. Jadi ini juga bisa memberikan gambaran bahwa pasien-pasien yang (bergejala) ringan itu pun bisa mengalami long covid,” terangnya.
Baca Juga: WHO Tetapkan Jakarta Level 3 Transmisi Covid-19, Wagub DKI Akui Ada Peningkatan Penularan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berisiko terkena long covid memiliki kondisi sebagai berikut:
Agus menjelaskan dua faktor yang paling berpengaruh dan menjadi faktor tingginya risiko long covid, yakni komorbid dan pneumonia.
“Tapi kalau kita analisis lebih lanjut, secara keseluruhan, maka ditemukan hanya ada dua parameter yang paling bermakna sebagai parameter sebagai faktor yang memengaruhi long covid pada pasien, yaitu komorbid dan pneumonia,” pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.