“Kalau kita tanya pada masyarakat secara umum, maupun kepada generasi muda, tingkat atau keinginan berpartisipasi itu selalu antara 80 sampai 90 persen.”
“Tapi kalau kita tanya misalnya apakah tertarik pada politik atau mendiskusikan hal yang berbau politik, biasanya ketertarikannya (generasi muda) antara 30 sampai 35 persen,” lanjutnya.
Dari data tersebut, kata dia, dapat dilihat adanya gap atau kesenjangan antara keinginan berpartisipasi pada pemilu dengan ketertarikan kepada politik.
Meski demikian, ia menerjemahkannya bahwa politik yang diterjemahkan oleh generasi muda adalah hard politik.
“Tampaknya politik yang dipahami oleh anak-anak muda, mungkin juga seperti Bayu, adalah politik yang dalam bahasa kita hard politic, perebutan ketua umum partai, perebutan kepala daerah.”
Tantangannya, lanjut Djayadi, adalah bagaimana menyampaikan kepada generasi Y dan Z bahwa politik itu bukan hanya soal pemilihan ketua umum partai atau soal saling gontok-gontokan rebutan kekuasaan.
Baca Juga: Ketua KPU, Artis, hingga Duta Wisata Indonesia Bahas Pemilihan Umum dan Generasi Muda
“Tetapi juga menyangkut hal yang terkait nasib hidup mereka sehari-hari.”
“Seperti soal pendidikan, asuransi kesehatan, soal pekerjaan yang akan mereka dapat setelah selesai kuliah, atau apakah orang tuanya bisa menyekolahkan mereka atau tidak,” urainya.
Menanggapi hal itu, Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI, Rahmat Bagja, mengatakan Bawaslu menjalankan fungsi pengawasan terhadap tahapan yang akan dilaksanakan oleh KPU.
Tapi, kata dia, yang lebih penting adalah bagaimana menyambung, mengaitkan partisipasi masyarakat dengan partai politik.
“Saya kira juga menjauhkan partai politik dari masyarakat bukan hal yang harus kita dorong,” kata Bagja.
“Tapi saya yakin, ada teman-teman partai politik yang lagi bergerak, mengolah kadernya untuk kemudian berpartisipasi.”
Hal inilah yang menurutnya harus didorong, bagaimana partai politik mengajarkan pada kadernya untuk bersaing sehat, tanpa hoaks, berita bohong, dan kawan-kawan.
Baca Juga: Rumah Pemilu 2024, Kompas TV Kawal Pesta Demokrasi
Persaingan sehat ini nantinya akan masuk pada masyarakat, khususnya generasi muda.
“Dan generasi muda pertanyaannya bukan apatis atau tidak? Tapi maukah, siapkah generasi muda menganggap generasi politik sebagai sarana perjuangan mereka.”
“Ketika tidak mau ikut dalam partai politik, itu kesalahan pertama sebagai mahasiswa sebenarnya,” lanjutnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.