“Kalau saya belajar juga di kelas, sebenarnya polarisasi politik ini terjadi di antara elit tapi hanya terjadi di struktur bawah masyarakat.”
“Kalau bicara tersenyum, siapa yang tersenyum dalam pemilu, apakah hanya elit saja atau rakyat ikut tersenyum. Itu perlu dipastikan,” tuturnya.
Menanggapi hal itu, Djayadi Hanan, Sekjen Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), menyebut menjawab pertanyaan tentang cara mencegah politik transaksional bukan hal yang mudah.
“Itu pertanyaan yang tidak mudah dijawab.”
“Itu kan kalau para politisi sering bilang rakyatnya minta begitu. Kalau rakyatnya bilang politisinya yang ngasih. Itu kalau antara pemilih dengan partai atau calon,” jelasnya.
Baca Juga: Rumah Pemilu, Wadah Aspirasi Rakyat Untuk Pemilu 2024
Tapi, lanjut dia, yang dimaksud oleh Bayu adalah transaksi antara calon yang akan diusung oleh partai politik dengan partai politik itu sendiri.
“Salah satu problemnya adalah political financing.”
“Pembiayaan politik kita memang lebih banyak didasarkan pada sumbangan-sumbangan individu atau kelompok-kelompok yang bisa berpengaruh terhadap partai politik,” tegasnya.
Sementara, seorang pekerja seni, Olga Lidya, juga menyampaikan harapannya mengenai pelaksanaan Pemilu 2024.
“Harapannya sih dari partai bisa memberi calon-calon yang memang kita bisa pilih dengan hati gembira.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.