Lantas, apa dampak fenomena langka tersebut terhadap Bumi?
Andi menerangkan, dampak fenomena tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dari kondisi fenomena supermoon, bulan purnama ataupun bulan baru mikro.
Sebagaimana halnya fase purnama maupun fase bulan baru pada umumnya, purnama stroberi super, bulan baru stroberi mikro maupun purnama rusa super dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
"Pasang laut terjadi dua hari sebelum hingga dua hari sesudah puncak fenomena ini, yakni antara 27 Juni hingga 1 Juli 2022," ujar Andi.
Baca Juga: Fenomena langka Bunga Bangkai Setinggi 2 Meter di Tahura Djuanda Bandung
Seperti diketahui, pasang laut biasanya juga disebut sebagai pasang purnama. Hal ini dikarenakan, konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan ataupun Matahari-Bulan-Bumi yang segaris mengakibatkan masing-masing gaya diferensial, atau gaya pasang surut.
Gaya diferensial ditimbulkan oleh Bulan dan Matahari memiliki arah yang sama. Adapun arah pada diferensial berjumlah sepasang, menghadap atau searah dan membelakangi atau berlawanan arah terhadap objek yang menimbulkan gaya tersebut.
Andi mengimbau perlu mewaspadai pasang laut yang terjadi pada 14 Juni dan 14 Juli 2022, terutama bagi para nelayan dan masyarakat yang akan beraktivitas di perairan.
Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan disarankan untuk tidak melaut antara dua hari sebelum hingga dua hari sesudah puncak fenomena ini, yakni antara 12-16 Juni dan 12-16 Juli 2022 mendatang.
Baca Juga: Cerita Presiden Jokowi Berkemah di IKN: Bulan Jelang Purnama pun Terlihat dari Sela Pepohonan
Pasang laut pada 29 Juni 2022 secara astronomis juga perlu dipertimbangkan, karena rasio resultan gaya purnama super terhadap bulan baru mikro (+1,32) hampir mendekati rasio resultan gaya bulan baru mikro terhadap bulan perbani mikro (+1,35).
Dengan kata lain, gaya pasang laut saat bulan baru mikro secara logaritmik adalah 52 persen gaya pasang laut saat bulan perbani super.
Oleh karena itu, perlu diwaspadai pasang laut ini antara dua hari sebelum hingga dua hari sesudah puncak fenomena ini, yakni antara 27 Juni hingga 1 Juli 2022 mendatang.
"Perhitungan ini semata-mata hanya mempertimbangkan faktor astronomis saja dan tidak mempertimbangkan gelombang laut akibat badai angin," jelas Andi.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.