JAKARTA, KOMPAS.TV - Partai Nasional Demokrat atau NasDem bisa menggandeng tiga partai politik (parpol) untuk berkoalisi mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju sebagai calon presiden atau capres.
Ketiga parpol tersebut antara lain Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Baca Juga: NasDem Tegaskan Ogah Berkoalisi dengan PKB: Kita Tidak Tertarik dengan Kelompok Macam Itu
Demikian hal itu disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Islam Negeri atau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno.
Namun, Adi memprediksi pembentukan koalisi tersebut bakal rumit.
Sebab, Adi menilai terdapat dinamika hubungan antarpartai yang terjadi selama ini.
Selain itu, setiap partai punya calon masing-masing.
"Kalau dilihat kemungkinan, sangat mungkin tiga partai ini bisa dikonsolidasi oleh Nasdem, tapi saya melihat 3 partai ini memiliki kerumitan masing-masing," kata Adi dikutip dari Kompas.com pada Selasa (31/5/2022).
Adi menjelaskan, NasDem dan PKS dinilai sudah memiliki kesamaan soal calon presiden atau capres yang akan dijagokan pada pemilihan presiden atau Pilpres 2024 mendatang yakni Anies Baswedan.
Baca Juga: Surya Paloh Sebut Tak Ingin Nasdem Terburu-buru Tentukan Koalisi
Tapi, lanjut Adi, berbeda kondisinya dengan PKB dan Partai Demokrat.
Kedua partai ini belum tentu sepakat mengusung nama Anies karena sama-sama menjagokan ketua umum mereka, Muhaimin Iskandar dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menurut Adi, mungkin saja Muhaimin dan AHY 'mengalah' jika maju sebagai capres.
Namun, keduanya diperkirakan akan sama-sama ngotot untuk memperebutkan posisi cawapres.
"Satu sisi Muhaimin enggak mungkin ngalah dari AHY karena PKB secara kepartaian merasa lebih besar dari Demokrat,” ujarnya.
“Belum lagi sebagai politisi senior tentu Cak Imin merasa jauh lebih senior dan berpengalaman dari AHY.”
Baca Juga: Soal Koalisi Indonesia Bersatu, Wasekjen Nasdem: Bagian dari Dinamika Politik yang Belum Final
Tapi, kata Adi, Demokrat tentu tidak mau kalah juga sekalipun perolehan suara mereka kalah dari PKB. Apalagi, mengenai elektabilitas AHY berada di atas Muhaimin.
“Itu saja sudah rumit untuk posisi cawapres,” kata Adi.
Kerumitan itu, lanjut Adi, ditambah dengan hubungan antarpartai politik yang menurutnya tidak biasa-biasa saja.
Ia mencontohkan, PKS dan PKB kerap mengambil posisi yang berseberangan akibat perbedaan basis pendukung.
Sementara itu, kata Adi, ada sekat-sekat yang mewarnai hubungan antara Demokrat dan NasDem.
"Jadi kalau Nasdem ingin bentuk poros politik sendiri butuh kerja keras bagaimana menghilangkan sekat-sekat PKS dan PKB, menghilangkan sekat-sekat politik dengan Demokrat," ujar Adi.
Baca Juga: Nasdem Yogyakarta Bantah Pasang Baliho Anies Baswedan
Lebih lanjut, Adi menilai pintu koalisi NasDem dengan partai-partai lainnya seperti PDI-P, Golkar, Gerindra, PAN, dan PPP sudah tertutup.
Sebab, Golkar, PAN, dan PPP telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dinilai sudah solid hingga tingkat daerah untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Sedangkan, Adi berpandangan, PDI-P dan Gerindra hanya tinggal menunggu waktu untuk mendeklarasikan diri sebagai sebuah poros politik.
"Sisa empat partai ini (Nasdem, PKB, Demokrat, dan PKS) yang saat ini terlihat masih cair belum kelihatan membentuk poros blok politik sendiri," kata Adi.
Baca Juga: Ini Alasan Andika Perkasa Masuk Radar Nasdem sebagai Capres yang Disodorkan ke Surya Paloh
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.