"Satu sisi Muhaimin enggak mungkin ngalah dari AHY karena PKB secara kepartaian merasa lebih besar dari Demokrat,” ujarnya.
“Belum lagi sebagai politisi senior tentu Cak Imin merasa jauh lebih senior dan berpengalaman dari AHY.”
Baca Juga: Soal Koalisi Indonesia Bersatu, Wasekjen Nasdem: Bagian dari Dinamika Politik yang Belum Final
Tapi, kata Adi, Demokrat tentu tidak mau kalah juga sekalipun perolehan suara mereka kalah dari PKB. Apalagi, mengenai elektabilitas AHY berada di atas Muhaimin.
“Itu saja sudah rumit untuk posisi cawapres,” kata Adi.
Kerumitan itu, lanjut Adi, ditambah dengan hubungan antarpartai politik yang menurutnya tidak biasa-biasa saja.
Ia mencontohkan, PKS dan PKB kerap mengambil posisi yang berseberangan akibat perbedaan basis pendukung.
Sementara itu, kata Adi, ada sekat-sekat yang mewarnai hubungan antara Demokrat dan NasDem.
"Jadi kalau Nasdem ingin bentuk poros politik sendiri butuh kerja keras bagaimana menghilangkan sekat-sekat PKS dan PKB, menghilangkan sekat-sekat politik dengan Demokrat," ujar Adi.
Baca Juga: Nasdem Yogyakarta Bantah Pasang Baliho Anies Baswedan
Lebih lanjut, Adi menilai pintu koalisi NasDem dengan partai-partai lainnya seperti PDI-P, Golkar, Gerindra, PAN, dan PPP sudah tertutup.
Sebab, Golkar, PAN, dan PPP telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dinilai sudah solid hingga tingkat daerah untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Sedangkan, Adi berpandangan, PDI-P dan Gerindra hanya tinggal menunggu waktu untuk mendeklarasikan diri sebagai sebuah poros politik.
"Sisa empat partai ini (Nasdem, PKB, Demokrat, dan PKS) yang saat ini terlihat masih cair belum kelihatan membentuk poros blok politik sendiri," kata Adi.
Baca Juga: Ini Alasan Andika Perkasa Masuk Radar Nasdem sebagai Capres yang Disodorkan ke Surya Paloh
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.