Dilain sisi, Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman berpendapat bahwa tidak perlu menentukan apakah seseorang terinfeksi varian Omicron atau tidak.
Baca Juga: Anak-Anak Rentan Terinfeksi Covid-19 Varian Omicron, Orang Tua Wajib Perhatikan Gejalanya
Pasalnya, menurut Dicky, 97 persen varian Covid-19 yang bersirkulasi di Indonesia adalah Omicron.
“Dan artinya tidak perlu meragukan lagi ini Omicron atau bukan karena sudah besar kemungkinannya Omicron. Sehingga meskipun PCR, rapid test, antigen, ya sudah dipastikan besar kemungkinan adalah Omicron,” ucap Dicky.
Menurut Dicky penentuan terinfeksi Omicron atau bukan hanya akan menambah biaya pada masyarakat.
Termasuk untuk kebutuhan di fasilitas kesehatan yang juga tidak perlu dibedakan variannya.
“Kalau untuk masyarakat, untuk dilakukan di fasilitas kesehatan ya cukup PCR dan tidak perlu WGS untuk memastikan Omicron atau bukan, itu tidak perlu,” tutup Dicky.
Dokter Spesialis Penyakit paru dari RSUP Persahabatan Dr.dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) menjelaskan beberapa gejala Omicron yang ia temukan dalam pasien di rumah sakit RSUP Persahabatan.
Erlina menjelaskan sebanyak 63 persen pasien Omicron memiliki gejala batuk kering, 54 persen nyeri tenggorokan, mudah letih sebesar 54 persen.
Baca Juga: Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 Tinggi, Dinkes DKI Jakarta: Tetap Waspada Varian Omicron
Selain itu, pasien Omicron juga rata-rata tidak mengalami deman, tak seperti gejala varian lainnya.
"Berbeda dengan Alpha, Beta, Delta, biasanya entry point-nya 90 persen demam. Di rumah sakit kami (RS Persahabatan), demam hanya 18 sampai 20 persen untuk pasien Omicron," sambung Erlina.
Selain itu, pasien Omicron juga tidak mengalami sesak napas hingga membutuhkan oksigen. Artinya, tidak ada kerusakan pada paru-paru.
Menurut Erlina, varian Omicron banyak berkembang di saluran napas bagian atas, sedangkan Delta berada di saluran napas bagian bawah dan paru-paru.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.