JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan catatan penting dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2021 pada Rabu (29/12/2021).
Bagi masyarakat, khususnya warga Muhammadiyah, 4 hal ini penting sebagai bahan refleksi akhir tahun 2021. Hal pertama yang disinggung ialah aspek kebangsaan.
Menurutnya, meski bangsa ini cenderung mengalami stagnasi dan distorsi, namun masih terdapat banyak kemajuan, seperti dalam kehidupan demokrasi dan HAM, terutama pasca reformasi.
“Kalau kita analisis perkembangan kehidupan kebangsaan kita, termasuk keagamaan, kita selalu menghadapi problem-problem yang bersifat aspektual tetapi juga kita mengalami progress di dalam kehidupan ini, misalnya, demokrasi, HAM, dan lain-lain,” tuturnya dalam acara yang diikuti KOMPAS.TV secara daring, Rabu.
Itulah refleksi pertama sebagai aspek kebangsaan yang layak jadi renungan sebagai bahan refleksi.
Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga membahas masalah keagamaan sebagai refleksi kedua renungan 2021.
Menurutnya, agama merupakan urat nadi bangsa Indonesia yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan keberadaannya diakui secara konstitusional dan dibuktikan oleh para sejarawan.
Karenanya, menurut Haedar, pengabaian terhadap agama dalam berbagai aspek kehidupan merupakan satu sikap ahistoris sekaligus inkonstitusional.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Dirikan Lembaga Pendidikan di Australia, Namanya Muhammadiyah Australia College
Biarpun demikian, Haedar mengakui masih banyak persoalan di internal umat Islam.
Persoalan tersebut salah satunya masih banyak umat Islam yang tidak mencerminkan nilai-nilai wasathiyah dalam kehidupan.
Padahal, prinsip wasathiyah dapat ditemukan pada ayat Alquran dan banyak hadis Nabi Muhammad.
“Semisal hadis basysyiru wala tunaffiru, wayassiru wala tu’assiru yang diriwayatkan sahih muslim. Artinya, sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta permudahlah dan janganlah mempersulit,” tambahnya.
Tantangan gerakan moderasi kerap harus berhadapan dengan alam pikiran radikal-ekstrem.
Karenanya dengan tegas Haedar menyuarakan bahwa konsep dan praktik beragama yang wasathiyah harus diiringi dengan spirit untuk mewujudkan kehidupan yang berkemajuan.
“Kita memerlukan hidup maju bersama,” imbuhnya.
Baca Juga: Ketum Muhammadiyah Beri Pesan Serius KSAD Dudung: Jangan sampai Indonesia Pecah
Aspek ketiga yang disinggung Haedar ialah persoalan ekonomi.
Ia berharap di tahun-tahun yang akan datang Muhammadiyah tampil sebagai kekuatan yang mampu memberi advokasi kepada masyarakat kecil menengah sehingga terwujud kebijakan yang pro ekonomi kerakyatan.
"Adalah sebuah keniscayaan negara menghadirkan kebijakan progresif di sektor ekonomi,"ujarnya.
“Kalau ingin mengangkat ekonomi mikro, kecil-menengah, ya harus ada kebijakan progresif. Semoga tahun 2022 ada kebijakan itu. Kalau terobosan ini diwujudkan, akan ada perubahan yang signifikan,” harap Haedar menambahkan.
Terakhir atau yang keempat sebagai bahan refleksi adalah soal kebudayaan. Haedar menyinggung aspek kebudayaan sebagai elemen penting sebagai refleksi 2021.
"Mengutip Mr Soepomo ketika berpidato di BPUPKI menyatakan setelah merdeka kita ingin membangun Indonesia bukan fisik semata, tetapi membangun Indonesia yang 'bernyawa'," tambahnya.
Haedar tidak ingin bila banyak slogan-slogan nasionalisme, namun hampa makna, tidak bernyawa.
Dalam kaca matanya, Indonesia yang bernyawa adalah Indonesia yang dibangun di atas pemikiran kebudayaan yang terkait dengan nilai-nilai Pancasila, agama, dan budaya luhur bangsa.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.