JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai, tidak semua kelompok relawan pendukung tokoh politik, seperti Sahabat Ganjar, relawan Anies hingga Gema Puan murni berasal dari aspirasi masyarakat.
Seperti diketahui, ada banyak kelompok relawan bermunculan belakangan ini, jauh sebelum Pilpres 2024.
Sebut saja Sahabat Ganjar, Seknas Ganjar Indonesia, Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies), Generasi Muda Pejuang Nusantara (Gema Puan), dan Barisan Relawan Puan Maharani Indonesia (Barani).
Baca Juga: SBY Idap Kanker Prostat, Ini Barisan Lawan dan Kawan yang Doakan Kesembuhan
Selain itu, ada pula deklarasi kelompok Relawan Barisan Airlangga Hartarto (Bara), Relawan Kawan Sandi, sampai Sahabat Luhut Binsar Pandjaitan.
Menurut Burhanudin, kemunculan kelompok-kelompok relawan itu meniru keberhasilan kampanye Joko Widodo sejak 2012.
“Fenomena relawan relatif baru ya. Marak mulai Pilkada DKI 2021, zaman Jokowi-Ahok maju memperebutkan kursi nomor 1 di DKI Jakarta dan berhasil,” beber Burhan pada KOMPAS TV, Rabu (3/11/2021).
Burhan mengatakan, Pilkada 2012 dan Pilpres 2014 menunjukkan ada tarik-menarik kepentingan di internal PDI Perjuangan terkait pengusungan Jokowi.
“Saat itu belum tuntas untuk memutuskan siapa capres yang diusung, apakah Megawati atau Jokowi yang relatif baru dari Solo,” kata Burhan.
Kemudian, sejarah mencatat Jokowi berhasil menjadi capres dan akhirnya duduk di kursi kepresidenan setelah memenangkan Pilpres 2014.
“Eksperimen yang berhasil membawa Jokowi terpilih sebagai capres dan kemudian menjadi presiden, itu kemungkinan menarik minat tokoh politik saat ini,” jelas Burhan.
Burhan menyebut, kelompok relawan Jokowi ketika itu murni dari aspirasi masyarakat. Namun, saat ini fenomena sedikit berbeda terjadi.
Baca Juga: Pilih Jenderal Andika Perkasa Jadi Panglima TNI, Jokowi Cari Aman dari Eskalasi Politik 2024
“Saya tidak ingin mengatakan bahwa mereka (kelompok-kelompok relawan politik saat ini) murni dari bawah. Pasti ada tarik-menarik antara aspirasi elit dengan masyarakat bawah,” kata Burhan.
Ia mengatakan, kelompok-kelompok relawan politik yang baru bermunculan adalah bentuk kampanye jelang Pilpres 2024.
“Sepertinya relawan yang muncul ingin memberi kesan pada publik bahwa tokoh-tokoh ini didukung dari arus bawah. Meskipun, koneksi dengan elitnya tidak bisa diabaikan,” ujar Burhan.
Meski begitu, ada pula kelompok relawan yang benar-benar muncul berdasarkan aspirasi masyarakat.
“Bisa alamiah, bisa hasil desain atau campuran. Kalau alamiah, itu pasti tidak berhenti di deklarasi. Kalau alamiah itu pasti akan menimbulkan kekaguman dan ada kerja-kerja politik kongkrit,” papar Burhan.
Burhan menyoroti, kerja-kerja politik kongkrit itu dilakukan oleh kelompok relawan Jokowi pada Pilkada 2012 dan Pilpres 2014.
“Kalau sekarang, tidak sepenuhnya alamiah. Ada unsur rekayasa politik dari elit untuk mengesankan ada dukungan dari bawah,” ujar Burhan.
“Kebanyakan relawan itu berhenti di deklarasi. Kalau berhenti di deklarasi, itu bagi saya sekedar rekayasa politik,” imbuhnya.
Baca Juga: Elektabilitas Anies di Atas Airlangga, Golkar: Kita Nggak Mau Menang di Survei, Tapi di Pilpres
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.