Mengenai daerah yang harus waspada dan mengantisipasi potensi cuaca ekstrem serta hujan lebat, Guswanto menyebut daerah bantaran sungai sebagai area yang pertama kali harus diwaspadai.
Selanjutnya, daerah yang lanskapnya mempunyai cekungam, atau daerah perumahan yang berada di area cekungan, di mana dulunya adalah rumah air.
Untuk mengantisipasi itu semua, BMKG diebutnya sudah menginformasikan seluruh prakiraan cuaca, baik itu berbasis dampak maupun peringatan, mulai dari 7 hari, 3 hari, 1 hari, dan ada yang sampai 3 jam atau 30 menit.
“Yang 30 menit ini berupa peringatan dini. Peringatan dini selalu diupdate, seperti hari ini sudah terbit sejak jam 14 tadi.”
Baca Juga: 5 Wilayah di Jateng Diminta Waspada Curah Hujan Tinggi akibat La Nina, Potensi Banjir hingga Longsor
BMKG Juga sudah melakukan beberapa kali koordinasi dengan sejumlah stakeholder, bahkan sejak prakiraan musim hujan dirilis bulan September lalu.
Menurut Guswanto, BMKG juga telah melaksanakan FGD seri untuk mengantisipasi La Nina.
“Ibu Kepala BMKG mengundang beberapa narasumber dari kementerian terkait, seperti PUPR, Menkomarves, dsb, termasuk mengundang beberapa gubernur untuk memberikan tanggapan, Jawa Tengah maupun DKI Jakarta,” tambahnya.
Upaya lain yang telah dilakukan BMKG adalah menyelenggarakan sekolah lapang iklim, lapang cuaca, gempa, itu juga antisipasi untuk menyosialisasikan.
“Terakhir, BMKG menggerakkan seluruh UPT di daerah untuk bersinegi, bahkan dibentuk Brigade La Nina untuk mengantisipasinya.”
Dalam kesempatan itu Guswanto juga menjelaskan bahwa ada perubahan puncak musim hujan. Jika dulu pada bulan Oktober curah hujan sudah lebat, saat ini masih di kisaran 59,1 persen
“Sedangkan November 87,7 persen, Desember 96 persen, dan puncaknya di Januari-Februari, berarti kan ada sedikit pergeseran,” tegasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.