"Kami berharap akan memperkuat dan mempercepat langkah BRIN untuk mendapat nilai tambah sumber kekayaan alam. Apa yang sudah kita miliki dan meningkatkan nilai tambah dan ekonomi lebih tinggi," kata mantan Ketua LIPI itu.
Peneliti lulusan Jepang itu menjelaskan, BRIN merupakan jawaban atas persoalan riset yang ada di Indonesia. Terlebih, sudah sejak lama Indonesia memisahkan para periset di setiap kementerian dan lembaga negara.
Padahal, kata Tri Handoko, riset itu isinya kompetesi global. Melalui BRIN, periset yang terpisah akan saling terintegrasi.
Integrasi yang akan terjadi ini, katanya, tidak dapat diwujudkan apabila hanya diselesaikan oleh komunitas akademisi. Oleh karena itu perlu adanya keputusan politik.
"Nah, untuk itulah dibentuk BRIN dan ini adalah keputusan politik yang sangat besar. Itu sangat diperlukan karena tidak dapat diselesaikan oleh komunitas akademisi, seperti saya, tidak bisa," ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo resmi melantik Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (13/10/2021).
Dalam kesempatan itu, terdapat 10 orang yang dilantik oleh Presiden Jokowi. Mereka terdiri atas Dewan Pengarah dan Anggota BRIN.
Bertindak sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN yaitu Ketua Umum PDIP yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri.
Lalu, Wakil Ketua Dewan Pengarah BRIN dijabat oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
Kemudian Sekretaris BRIN diisi oleh Sudamai Agung Waspodo Sunyoto. Sedangkan anggota BRIN terdiri atas Prof Emil Salim, I Gede Wenten, Bambang Koesowo, Prof Adi Utarini, Prof Marsudi Wahyudi Kisworo, dan Ir Tri Mumpuni Wiyanto.
Baca Juga: Presiden Jokowi Lantik Megawati Sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.