Penelitian itu juga menunjukkan bahwa frekuensi mengigau akan lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki gangguan stres pasca-trauma (PTSD) atau kondisi kejiwaan lainnya.
Meskipun tidak berbahaya, mengigau dapat mengganggu tidur orang lain, serta meningkatkan kantuk di siang hari karena kurang tidur nyenyak.
Bukan hanya itu, mengigau juga dapat memengaruhi hubungan secara negatif, jika saat mengigau mereka mengatakan hal-hal pribadi.
Mengigau memiliki tahap dan tingkat keparahan, yakni tahap 1 hingga 4 dan keparahan ringan hingga parah.
Pada tahap 1 dan 2, orang yang sedang tidur, tidak tertidur lelap seperti tahap 3 dan 4, dan ucapan mereka lebih mudah dipahami.
Baca Juga: Bukan Mistis! Berikut Penyebab Tidur Sambil Berjalan
Seseorang yang mengigau pada tahap 1 atau 2 dapat memiliki seluruh percakapan yang masuk akal.
Pada tahap 3 dan 4, orang yang mengigau berada dalam tidur yang lebih dalam. Pada tahap ini biasanya ucapan mereka lebih sulit untuk dipahami.
Terkadang apa yang mereka ucapkan terdengar seperti erangan atau omong kosong.
Pada tingkat keparahan ringan, mengigau terjadi kurang dari sebulan sekali.
Pada tingkat keparahan sedang, mengigau terjadi seminggu sekali, walaupun tidak setiap malam. Apa yang diucapkan selama tidur tidak banyak mengganggu tidur orang lain.
Pada tingkat parah, mengigau dapat terjadi setiap malam, dan dapat mengganggu tidur orang lain.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.