JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan alasan pemerintah tetap menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah di masa pandemi Covid-19.
Ia mengakui terdapat banyak tantangan yang muncul di sana-sini. Namun, menurut Luhut, penyelenggaraan PTM di sekolah perlu dilakukan demi mencerdaskan generasi muda bangsa di masa yang akan datang.
Baca Juga: Kuasa Hukum Menko Luhut Binsar Pandjaitan dan Haris Azhar Buka Suara Soal Kelanjutan Proses Hukum
"Bahwa ada tantangan di sana-sini yes, tapi kita lebih takut dan ngeri lagi kalau generasi yang akan datang jadi tidak berpendidikan dan jadi bodoh," kata Luhut dalam konferensi pers daring, Senin (27/9/2021).
Luhut menuturkan, sejauh ini tidak ada masalah yang tak bisa dikendalikan pemerintah dalam penyelenggaraan PTM terbatas di masa pandemi.
Ia mengklaim sistem yang dibangun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) terkait hal ini sudah cukup baik.
Baca Juga: Menkes Paparkan Jurus Pemerintah Cegah Klaster Covid-19 di Sekolah Saat Masa PTM
Namun demikian, Luhut tak menampik bahwa semua kebijakan yang diterapkan pasti memiliki risiko tersendiri.
"Jadi seperti dalam opeprasi militer selalu saya katakan calculated risk, apa pun yang kita buat tentu ada risikonya," ujarnya.
Lebih lanjut, Luhut tidak ingin kegiatan belajar mengajar terus dilakukan secara daring karena bakal merusak generasi mendatang.
"Akan lebih besar risikonya kalau sampai sekolah tdiak jalan, itu merusak generasi yang akan datang," kata dia.
Baca Juga: Menteri Nadiem dan Budi Gunadi Bantah Ribuan Sekolah Jadi Klaster Covid-19 saat PTM
Seperti diketahui, kegiatan belajar mengajar sudah dilakukan secara tatap muka terbatas beberapa waktu terakhir. Di sejumlah daerah, penyelenggaraan PTM berimbas pada klaster penularan Covid-19.
Dilansir dari Kompas.com, klaster Covid-19 muncul di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Tercatat, sebanyak 25 siswa dan 3 guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Desa Rengging, Kecamatan Pecangaan, terpapar Covid-19.
Ketika muncul klaster Covid-19, PTM di kabupaten tersebut pun sempat dihentikan. Namun, dalam waktu dekat bakal digelar kembali.
Baca Juga: Cegah Klaster Covid-19 di Sekolah, Pemkot Solo Gelar Tes Usap Antigen Masal
Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Purbalingga, Jateng. Dari data yang diperoleh Pemkab Purbalingga, lebih kurang 90 siswa SMPN 4 Mrebet Purbalingga terkonfirmasi positif Covid-19.
Namun demikian, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membantah bahwa ribuan lebih sekolah yang melaksanakan PTM menjadi klaster Covid-19. Data yang Budi peroleh menunjukkan kasus Covid-19 di sekolah lebih sedikit.
"Jadi kalau banyak yang kemarin diskusi atau beredar hoaks bahwa klaster (Covid-19) yang demikian banyak, sebenarnya enggak demikian," kata Budi, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Klarifikasi Soal Temuan 150 Sekolah Jadi Klaster Covid-19 di Jabar, Ini Kata Ridwan Kamil
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) juga menyampaikan klarifikasi terkait isu 2,8 persen sekolah menjadi klaster Covid-19 selama menggelar PTM. Ia menegaskan, data 2,8 persen itu merupakan angka kumulatif selama masa pandemi.
“Angka 2,8 persen satuan pendidikan walaupun itu sudah kecil tetapi itu pun data kumulatif bukan data per 1 bulan, jadi itu semua dari seluruh masa Covid ini bukan dari bulan terakhir di mana PTM terjadi,” kata Nadiem.
Baca Juga: KPAI Minta PTM untuk TK, PAUD dan SD Harus Ditunda Pasca Munculnya Klaster Sekolah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.