JAKARTA, KOMPAS.TV - Malam ini, sebelum penculikan dua proklamator kemerdekaan Indonesia yang terjadi 76 tahun lalu, golongan pemuda merumuskan hal penting soal kemerdekaan lewat rapat yang kemudian disampaikan kepada Soekarno.
Tepat pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 20.00 WIB, golongan muda dalam sebuah rapat yang digelar di satu ruangan Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta.
Dalam rapat tersebut, golongan muda memutuskan kemerdekaan Indonesia tidak dapat digantungkan kepada orang dan kerajaan lain. Artinya, kemerdekaan harus diputuskan sendiri oleh rakyat Indonesia, karena itu bagian dari hak.
Oleh karena itu, para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memutuskan segala ikatan dan hubungan atas janji kemerdekaan dari Jepang. Lalu, ditindaklanjuti dengan segera menyatakan Proklamasi Kemerdekaan.
"Bahwa Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan pada orang dan kerajaan lain. Maka diputuskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang dan sebaliknya mengharapkan diadakannya perundingan dengan Ir Soekarno dan Drs Moh Hatta agar supaya mereka turut menyatakan proklamasi," tulis Adam Malik dalam Riwayat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Baca Juga: Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Ketika Mural Bertebaran di Jalanan dan Rakyat Bersemangat
Rapat itu dipimpin oleh Chairul Saleh dengan peserta yang hadir, antara lain Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Armansyah.
Rapat pemuda selesai digelar, selanjutnya pada pukul 22.00 WIB, Wikana dan Darwis diutus untuk menemui Soekarno dengan menyampaikan hasil rapat.
Dua utusan pemuda itu menyampaikan permintaan kepada Soekarno untuk memutus perjanjian dengan Jepang dan memproklamasikan kemerdekaan.
Di saat yang bersamaan, pada pukul 23.00 WIB, Mohammad Hatta, Mr Ahmad Subardjo, dr Buntaran, dan Mr Iwa Kusumasumantri juga menemui Soekarno untuk melaporkan rencana sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang akan dilaksanakan pada 16 Agustus 1945.
Mengetahui permintaan golongan pemuda kepada Soekarno, kemudian empat orang golongan tua itu terlibat dalam perdebatan yang cukup sengit.
Pasalnya, mereka menginginkan Kemerdekaan terjadi secara "legal" yang artinya mengikuti langkah-langkah lembaga yang dibentuk Jepang, yakni PPKI dan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI).
Sementara itu, golongan muda tetap bersikeras untuk meminta Soekarno memutus hubungan dengan Jepang dan tidak melibatkan negara lain dalam Proklamasi Kemerdekaan. Akibat perdebatan buntu tanpa titik temu, kemudian Wikana dan Darwis pergi menuju Asrama Baperpi Cikini 71.
Di sana telah berkumpul para pemuda dari berbagai asrama pemuda di Jakarta, antara lain kelompok pemuda dari Gedung Menteng 31, Gedung Cikini 71, dan Mahasiswa Prapatan 10.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini, 15 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan “Pertama” Indonesia di Cirebon
Tepat pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 00.00 WIB, mereka kemudian mengadakan rapat yang dipimpin oleh Sukarni dengan pemuda yang hadir, antara lain Chairul Saleh, Djohan Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, Armansyah, Yusuf Kunto, dr Muwardi, dan Shodanco Singgih (Peta Jakarta).
Berdasar pada permintaan yang berujung perdebatan, akhirnya dalam rapat tersebut mereka memutuskan untuk menyingkirkan atau menculik Soekarno dan Hatta ke luar kota. Salah satu tujuannya untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang ke Rengasdengklok, di Karawang, Jawa Barat.
Pasalnya, golongan muda tetap bersikeras bahwa kemerdekaan harus dinyatakan sendiri oleh rakyat. Bahkan mereka mencegah lahirnya kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.
Oleh karena itu, setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, golongan pemuda mendorong Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Dalam proses penculikan, golongan pemuda bahkan telah mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Termasuk apabila proklamasi sudah dinyatakan. Golongan pemuda beranggapan jika Soekarno-Hatta tetap berada di Jakarta, maka yang terjadi dua orang tersebut akan dipengaruhi, dihalang-halangi, dan ditekan oleh Jepang.
Setelah seluruhnya sepakat terhadap penculikan, maka pada pukul 04.00 WIB, Sukarni dan Yusuf Kunto diutus untuk menjemput Hatta. Sementara Chairul Saleh dan dr Muwardi diutus untuk menjemput Soekarno.
Akhirnya, Soekarno dan Hatta berhasil dibawa ke luar kota menuju Rengasdengklok dengan pengawalan Peta serta rombongan yang bertugas.
Baca Juga: Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Rapat Persiapan Hingga Tiba Makan Sahur
Perlu diketahui, Rengasdengklok dipilih sebagai lokasi untuk mengamankan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang, lantaran dinilai aman sebab merupakan daerah yang masuk dalam kekuasaan Peta.
Selain itu, di pertigaan Kedunggede yang menjadi jalur menuju Rengasdengklok terdapat pos penjagaan tentara Peta, sehingga jikalau ada pergerakan tentara Jepang menuju Rengasdengklok dapat segera diketahui. Selama di Rengasdengklok, keduanya dibawa ke rumah milik seorang keturunan Tionghoa bernama Djiauw Kie Siong.
Kemudian, di Rengasdengklok golongan pemuda kembali mendorong Soekarno-Hatta untuk memutus hubungan dengan Jepang dan segera memproklamasikan kemerdekaan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.