Di sana telah berkumpul para pemuda dari berbagai asrama pemuda di Jakarta, antara lain kelompok pemuda dari Gedung Menteng 31, Gedung Cikini 71, dan Mahasiswa Prapatan 10.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini, 15 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan “Pertama” Indonesia di Cirebon
Tepat pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 00.00 WIB, mereka kemudian mengadakan rapat yang dipimpin oleh Sukarni dengan pemuda yang hadir, antara lain Chairul Saleh, Djohan Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, Armansyah, Yusuf Kunto, dr Muwardi, dan Shodanco Singgih (Peta Jakarta).
Berdasar pada permintaan yang berujung perdebatan, akhirnya dalam rapat tersebut mereka memutuskan untuk menyingkirkan atau menculik Soekarno dan Hatta ke luar kota. Salah satu tujuannya untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang ke Rengasdengklok, di Karawang, Jawa Barat.
Pasalnya, golongan muda tetap bersikeras bahwa kemerdekaan harus dinyatakan sendiri oleh rakyat. Bahkan mereka mencegah lahirnya kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.
Oleh karena itu, setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, golongan pemuda mendorong Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Dalam proses penculikan, golongan pemuda bahkan telah mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Termasuk apabila proklamasi sudah dinyatakan. Golongan pemuda beranggapan jika Soekarno-Hatta tetap berada di Jakarta, maka yang terjadi dua orang tersebut akan dipengaruhi, dihalang-halangi, dan ditekan oleh Jepang.
Setelah seluruhnya sepakat terhadap penculikan, maka pada pukul 04.00 WIB, Sukarni dan Yusuf Kunto diutus untuk menjemput Hatta. Sementara Chairul Saleh dan dr Muwardi diutus untuk menjemput Soekarno.
Akhirnya, Soekarno dan Hatta berhasil dibawa ke luar kota menuju Rengasdengklok dengan pengawalan Peta serta rombongan yang bertugas.
Baca Juga: Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Rapat Persiapan Hingga Tiba Makan Sahur
Perlu diketahui, Rengasdengklok dipilih sebagai lokasi untuk mengamankan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang, lantaran dinilai aman sebab merupakan daerah yang masuk dalam kekuasaan Peta.
Selain itu, di pertigaan Kedunggede yang menjadi jalur menuju Rengasdengklok terdapat pos penjagaan tentara Peta, sehingga jikalau ada pergerakan tentara Jepang menuju Rengasdengklok dapat segera diketahui. Selama di Rengasdengklok, keduanya dibawa ke rumah milik seorang keturunan Tionghoa bernama Djiauw Kie Siong.
Kemudian, di Rengasdengklok golongan pemuda kembali mendorong Soekarno-Hatta untuk memutus hubungan dengan Jepang dan segera memproklamasikan kemerdekaan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.