JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah akan segera mengubah peraturan soal kriteria perusahaan sektor esensial dan kritikal pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali.
Rencana itu diambil setelah mendapat usulan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat koordinasi PPKM Darurat yang diikuti para menteri, gubernur, Kapolda, dan Pangdam se-Jawa dan Bali, Rabu (7/7/2021).
"Koordinator PPKM darurat telah mengusulkan revisi untuk bidang-bidang yang dapat dimasukkan sebagai sektor esensial dan non-esensial seperti kritikal agar lebih sesuai dengan kebijakan masa PPKM darurat," kata Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Dedy Permadi, Rabu.
Dedy juga menuturkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian akan segera merevisi peraturan sektor esensial dan non-esensial dan kritikal seperti yang telah diusulkan.
"Dalam waktu singkat Menteri Dalam Negeri akan segera melakukan revisi terhadap peraturan sektor esensial dan non esensial dan kritical," jelasnya.
Hal ini dilakukan demi meminimalisasi mobilitas masyarakat dan mengurangi potensi penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Aturan Sektor Industri dan Perkantoran PPKM Darurat Jawa-Bali Terus Dievaluasi
Adapun usulan revisi sektor esensial sebagai berikut:
1. Sektor keuangan dan perbankan diusulkan hanya meliputi hanya meliputi asuransi, bank yang berorientasi pada pelayanan pelanggan, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan.
2. Sektor teknologi informatika dan komunikasi, meliputi operator seluler data center, internet, pos, dan pekerja media terkait dengan peran pentingnya dalam penyebaran informasi resmi dan benar dari pemerintah kepada masyarakat.
3. Industri orienstasi ekspor diusulkan agar pihak perusahaan harus menunjukkan bukti contoh dokumen pemberitahuan ekspor barang atau PEP selama 12 bulan terakhir atau dokumen lain yang menunjukkan rencana ekspor dan wajib memiliki izin IOMKI atau operasional dan mobilitas kegiatan industri
"Untuk semua bidang yang disebutkan di atas dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50 persen staf," ujar Dedy.
Baca Juga: Evaluasi PPKM Darurat, Kapolda Metro Jaya: Volume Kendaraan Turun 50 Persen
Sementara bidang yang masuk sektor kritikal diusulkan melingkupi:
1. Bidang kesehatan
2. Keamanan dan ketertiban masyarakat
3. Bidang energi
4. Bidang logistik, transportasi dan distribusi terutama untuk kebutuhan pokok masyarakat.
5. Makanan dan minuman dan penunjangnya termasuk untuk ternak dan hewan peliharaan
6. Bidang petrokimia
7. Semen dan bahan bangunan
8. Obyek vital nasional.
9. Proyek strategis nasional
10. Proyek konstruski
11. Utilitas dasar seperti listrik air dan pengelolaan sampah
"Untuk bidang kesehatan dan keamanan dan ketertiban masyarakat dapat beroperasi maksimal dengan kehadiran staf 100 persen tanpa ada pengecualian," ujar Dedy.
Sementara untuk bidang energi, Deddy menuturkan sampai dengan utilitas dasar dapat beroperasi 100 persen dengan staf maksimal hanya pada fasilitas produksi, konstruksi dan pelayanan kepada masyarakat.
"Operasi perkantoran yang bertujuan mendukung operasional kehadiran stafnya maksimal 20 persen," tegas dia.
Baca Juga: Ini Opsi yang Dipilih Anies jika Kasus Baru Covid-19 Tidak Turun Selama PPKM Darurat
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.