JAKARTA, KOMPAS.TV- Harmoko meninggal dunia pada Minggu (4/7/2021) malam kemarin. Menteri Penerangan di masa kepemimpinan Presiden Soeharto itu wafat pada usia 82 tahun karena terpapar Covid-19.
Banyak hal yang menarik dari almarhum. Berikut ini KompasTV sarikan dari berbagai sumber terkait 5 fakta Harmoko:
1. Pernah menjadi wartawan
Dikutip dari Kepustakaan Presiden di situs Perpustakaan Nasional (Perpusnas), sebelum menjabat sebagai Menteri Penerangan, Harmoko sempat bekerja sebagai wartawan.
Setelah lulus SMA pada awal tahun 1960-an, ia bekerja sebagai wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka.
Pada tahun 1964, ia juga pernah bekerja sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata dan kemudian Harian API tahun 1965.
Pada saat yang sama, pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu juga menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko.
Baca Juga: Menurut Petunjuk Bapak Presiden hingga Pentil Kecakot, Ungkapan Unik di Sekitar Sosok Harmoko
2. Pimpin sejumlah media dan Ketua PWI
Pada tahun berikutnya, 1966 sampai 1968, ia menjadi pemimpin dan penanggung jawab Harian Mimbar Kita.
Pada tahun 1970, bersama beberapa orang temannya ia menerbitkan harian Pos Kota.
Setelah itu, Harmoko terpilih menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
3. Jadi Menteri Penerangan terkenal dengan ungkapan ikonik
Karier Harmoko di dunia jurnalistik dan media yang moncer membawanya dia ke kursi pembantu presiden. Ia pun diangkat sebagai Menteri Penerangan pada pemerintahan Soeharto di masa Kabinet Pembangunan IV pada tahun 1983.
Jabatannya sebagai Menteri Penerangan berlanjut hingga di Kabinet Pembangunan VI yang berakhir pada tahun 1997.
Sebagai menteri Penerangan, Harmoko pernah mendirikan gerakan Kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pemirsa) yang dimaksudkan sebagai media untuk menyampaikan informasi dari pemerintah.
Selain itu, Harmoko pernah menjabat Ketua Umum Golkar pada periode 1993-1998. Terakhir, ia menjabat sebagai Ketua MPR pada 1997 sampai 1999.
Selama menjadi Menteri Penerangan banyak ungkapan-ungkapan ikonik yang pernah dilontarkannya. Beberapa yang terkenal yakni, "Menurut petunjuk Bapak Presiden", "Pentil Kecakot", hingga "Hari-hari omong kosong" yang ternyata ungkapan sindiran baginya yang diambilkan dari kepanjangan namanya Harmoko.
Baca Juga: Karir Harmoko, Eks Wartawan dan Menteri di Era Orba yang Minta Soeharto Mundur
4. Wafat di usia 82 tahun karena Covid-19
Pada Minggu (4/7/2021) malam, Harmoko meninggal dunia. Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Letnan Jenderal TNI Albertus Budi Sulistya mengatakan, pemulasaraan jenazah mantan Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko, dilakukan melalui prosedur Covid-19.
"Pemulasaraan jenazah secara Covid-19," ujar Budi dikutip dari Kompas.com, Senin (5/7/2021).
Ia menyampaikan, Harmoko sebelumnya tiba di RSPAD Gatot Soebroto pada Minggu (4/7/2021) pukul 20.00 WIB sudah dalam kondisi kesadaran menurun
Saat itu, Harmoko langsung mendapat perawatan medis di instalasi gawat darurat (IGD). Akan tetapi, beberapa menit berselang, Harmoko kemudian mengembuskan napas terakhirnya.
"Pukul 20.22 WIB wafat," kata Budi.
Berdasarkan pernyataan dari putra bungsu Harmoko, Dimas Ajisoko Harmoko, saat terakhir kali almarhum melakukan swab test PCR dinyatakan positif Covid-19.
"Bapak Harmoko memang pada tanggal 29 Juni hari Selasa rutin kami melakukan swab antigen, saat itu dinyatakan positif pas antigen, esok harinya kita lakukan tes PCR juga (dinyatakan) positif," kata Dimas saat ditemui awak media di rumah duka Harmoko, Jalan Taman Patra XII Nomor 14, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (5/7/2021).
Baca Juga: Mengenang Almarhum Harmoko: Palu Patah, Kelompencapir dan Safari Ramadhan
5. Dimakamkan di TMP Kalibata
Harmoko yang meninggal karena terpapar Covid-19 dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
Salah satu putra almarhum, Dimas Ajisoko Harmoko menyebut, mendiang ayahnya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa siang sekira pukul 11.00 WIB.
Mengingat pandemi Covid-19 masih merebak, dirinya meminta kepada para pejabat dan masyarakat yang mengenal sosok almarhum untuk sedianya hanya mendoakan dari rumah tanpa harus mendatangi TMP Kalibata.
"Karena tidak boleh ramai-ramai, dan nanti pukul 11 akan dibawa ke TMP. Hanya keluarga inti saja karena protokol Covid dan pandemi ini," ungkapnya.
Dimas mengakui, kondisi ayahnya yang memang sudah lama sakit menjadi salah satu faktor yang membuat keadaan kesehatan sang ayah semakin menurun.
"Kami usahakan selama ini dari tahun 2013 sampai sekarang berarti 8 tahun, supaya kondisi bapak tidak menurun saja, tapi mungkin sudah kehendak Allah, dari keluarga juga sudah ikhlas terhadap keadaan ini," tandas Dimas.
Baca Juga: Mantan Menteri Penerangan Harmoko Meninggal Dunia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.