JAKARTA, KOMPASTV- Menteri Penerangan periode 1983-1997 Harmoko meninggal dunia. Pejabat yang memulai karier sebagai wartawan itu, meninggal di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta pada Minggu (4/7/2021) pukul 20.22 dalam usia 82 tahun.
Kabar duka itu disampaikan oleh ketua DPP Partai Golkar Dave Laksono. "Innalillahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia Bpk. H. Harmoko bin Asmoprawiro," kata Dave.
Kelahiran 7 Februari 1939 di Nganjuk, Jawa Timur, itu dikenang masyarakat karena beberapa jabatan, sikap dan agenda yang dia bawakan di masa Orde Baru. Sebut saja jabatannya sebagai Ketua Umum Golkar yang membawa organisasi ini meraih angka fantastis dalam pemilihan umum 1997, mencapai 70,2 persen. Angka ini tak pernah diraih oleh partai politik manapun hingga saat ini.
Raihan tertinggi tersebut dilakukan oleh Harmoko dengan agenda yang mendekatkan Golkar dengan masyarakat, terutama di pedesaan. Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa alias Kelompencapir, salah satunya. Yaitu kegiatan pertemuan untuk petani dan nelayan di Indonesia yang menghadirkan petani-petani berprestasi dari berbagai daerah.
Baca Juga: Mengenang Safari Ramadan Gaya Harmoko yang Banyak Ditiru Para Politikus Masa Kini
Mereka diadu kepintaran dan pengetahuannya seputar pertanian, antara lain soal cara bertanam yang baik dan pengetahuan tentang pupuk dengan model mirip cerdas cermat.
Selain itu, Harmoko juga dikenal karena agenda "safari ramadhan-nya".
Gaya safari ramadan efektif meraih dukungan sekaligus meningkatkan citra Golkar di mata masyarakat.
Safari ramadan bisanya dilaksanakan selama 10 sampai 14 hari setiap bulan Ramadan dengan berkunjung ke sejumlah daerah.
Saking seringnya kegiatan ini dilakukan, Kementerian Penerangan sampai menerbitkannya dalam bentuk buku berjudul "Kunjungan Kerja Menteri Penerangan RI Safari Ramadhan dan Safari Ramadhan Menteri Penerangan".
Setiap kali berkeliling daerah, Harmoko akan datang ke Pondok Pesantren, bertemu tokoh masyarakat dan kepala daerah. Di sana, Harmoko akan memberikan ceramah agama yang disisipi pesan-pesan pembangunan.
Baca Juga: Harmoko, Mantan Menteri Penerangan Era Soeharto Tutup Usia
Kesuksesan Harmoko sebagai Menteri Penerangan sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, membuatnya didaulat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 1997. Namun sayang, gelombang reformasi keburu menerjang.
Demo mahasiswa besar-besaran, membuat Harmoko meminta Soeharto sebagai presiden untuk mundur. Seiring kejathan Soeharto, Jabatan Ketua MPR pun dijabatnya hanya dalam tempo dua tahun, 1997-1999.
Ketika dia menjadi ketua MPR, terjadi insiden yang disebut-sebut memberi pertanda tentang kejatuhan Soeharto. Yaitu, palu yang dia ketuk patah. "Begitu palu sidang saya ketukkan, meleset, bagian kepalanya patah, kemudian terlempar ke depan...," katanya, dalam buku Berhentinya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Harmoko.
Patahnya palu sidang itu terjadi saat Sidang Paripura ke-V, penutupan sidang MPR, 11 Maret 1998. Sidang tersebut menandai terpilihnya lagi Soeharto menjadi Presiden untuk ketujuh kalinya.
Usai tak menjabat sebagai Ketua MPR, Harmoko tidak lagi berkiprah di pemerintahan. Namun tulisan-tulisannya tetap menghiasi koran "Pos Kota" tempat dia dibesarkan sebagai wartawan, bahkan hingga akhir hayatnya.
Wartawan yang juga kartunis ini akan dimakamkan di Kalibata, Jakarta, dengan protokol kesehatan yang ketat, Senin (5/7/2021). Selamat jalan Bung Harmoko.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.