Saking seringnya kegiatan ini dilakukan, Kementerian Penerangan sampai menerbitkannya dalam bentuk buku berjudul "Kunjungan Kerja Menteri Penerangan RI Safari Ramadhan dan Safari Ramadhan Menteri Penerangan".
Setiap kali berkeliling daerah, Harmoko akan datang ke Pondok Pesantren, bertemu tokoh masyarakat dan kepala daerah. Di sana, Harmoko akan memberikan ceramah agama yang disisipi pesan-pesan pembangunan.
Baca Juga: Harmoko, Mantan Menteri Penerangan Era Soeharto Tutup Usia
Kesuksesan Harmoko sebagai Menteri Penerangan sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, membuatnya didaulat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 1997. Namun sayang, gelombang reformasi keburu menerjang.
Demo mahasiswa besar-besaran, membuat Harmoko meminta Soeharto sebagai presiden untuk mundur. Seiring kejathan Soeharto, Jabatan Ketua MPR pun dijabatnya hanya dalam tempo dua tahun, 1997-1999.
Ketika dia menjadi ketua MPR, terjadi insiden yang disebut-sebut memberi pertanda tentang kejatuhan Soeharto. Yaitu, palu yang dia ketuk patah. "Begitu palu sidang saya ketukkan, meleset, bagian kepalanya patah, kemudian terlempar ke depan...," katanya, dalam buku Berhentinya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Harmoko.
Patahnya palu sidang itu terjadi saat Sidang Paripura ke-V, penutupan sidang MPR, 11 Maret 1998. Sidang tersebut menandai terpilihnya lagi Soeharto menjadi Presiden untuk ketujuh kalinya.
Usai tak menjabat sebagai Ketua MPR, Harmoko tidak lagi berkiprah di pemerintahan. Namun tulisan-tulisannya tetap menghiasi koran "Pos Kota" tempat dia dibesarkan sebagai wartawan, bahkan hingga akhir hayatnya.
Wartawan yang juga kartunis ini akan dimakamkan di Kalibata, Jakarta, dengan protokol kesehatan yang ketat, Senin (5/7/2021). Selamat jalan Bung Harmoko.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.